19. It's a Girl?

24.5K 2.1K 126
                                    

Tepat pada pukul 8 malam, Araka pulang ke rumahnya. Ia baru saja kembali dari markas untuk menyelesaikan masalah yang ada di timnya, yang karena terjadi kesalahpahaman berujung ribut dengan tetangga sebelah.

Pihak mereka serempak memutuskan akan mendatangi markas Cyber untuk meminta penjelasan dari penyerangan itu. Agar masalah ini tidak semakin panjang dan berakhir dengan cara damai.

Satu hari ini Araka sangat sibuk. Dia ... jadi rindu istrinya.

Araka masuk ke dalam rumah dengan langkah lesu, karena kelelahan juga kini kepalanya terasa sangat pusing. Ia ingin cepat-cepat beristirahat untuk merebahkan punggungnya yang terasa retak. Jika malam ini dia beruntung, mungkin ia bisa mengganti profesi guling di kasurnya menjadi Ranaya.

Tapi ... sepertinya nominasi kuda tendang terbaik di kasurnya akan tetap jatuh pada juara bertahan, Ranaya, entah untuk malam ini dan entah sampai kapan. Ranaya masih suka menendang jika dipeluk tengah malam. Terkadang, Araka merasa jika dirinya belum menikah, karena malam sebelumnya dan malam setelah ia menikah tidak ada bedanya.

Bahkan malah lebih parah.

Baru tiga kali ia mengambil langkah, semerbak wangi masakan rumahan menyambut hidungnya. Mungkin jika ini di dunia fantasi, Araka sudah melayang mengikuti aroma lezat itu. Yang mampu menggugah air liurnya untuk turun.

Hidung Araka adalah pengendus bau yang cukup baik. Ia bisa menemukan sumber dari aroma lezat ini meski dengan mata terpejam sekalipun.

Jika tadi hidungnya sudah bekerja, kini berganti sift menjadi matanya.

Mata Araka berbinar sempurna. Menemukan sosok cuplikan bidadari lokal di dalam dapur. Mengenakan celemek hijau bergambar Keropi yang menutupi tubuhnya yang hanya dibalut kaos kebesaran juga sebuah legging hitam. Rambutnya dicepol tinggi sedikit berantakan. Kini ia sedang tertawa manis, tampak larut dalam perbincangan bersama ART yang membantunya memasak.

Araka bersandar bahu di dinding. Dia tidak kuat. Jika Ranaya terus-terusan terlihat istri-able seperti ini, rasanya Araka ingin menikahinya dua kali. Menjadikan Ranaya istri pertama sekaligus istri kedua.

Ranaya meletakkan spatulanya. Meminta pada pelayan untuk melanjutkan acara menggorengnya. Ia beralih mengambil jus jeruk yang ada di dalam kulkas, menuangkannya ke dalam teko yang lebih kecil. Berniat meletakkan itu di meja makan bersama makanan-makanan lain yang telah tersaji di sana.

Ranaya mematung bersama teko kaca di tangannya. Mendapati suaminya baru saja pulang dengan penampilan serba kacau. Masih memakai piyama tidur yang kini terlihat begitu kotor. Rambut berantakan, juga wajah yang bisa diterka ia sangat lelah.

Tapi ... Ranaya tidak yakin jika kini Araka sedang kelelahan. Buktinya pemuda itu masih kuat menunjukkan cengiran lebarnya, atau mungkin hanya dugaannya saja jika cengiran itu bertambah lebar malam ini.

Dengan langkah ceria bocah itu mendatanginya yang masih berdiri di ambang pintu penyekat antara dapur dan ruang makan.

"Suamimu pulang!" sambutnya sambil merentangkan tangannya.

Ranaya mengangkat sebelah alisnya. Ia tersenyum manis kemudian. "Kenapa jangan pulang aja sekalian?"

"Gak bisa, dong! Gue, 'kan, Araka, bukan Bang Toyib."

Ranaya mendengkus, jengah. Ia berjalan melewati Araka yang menghadang langkahnya. Namun belum sempat ia berjalan Araka malah menarik tangannya dan memeluknya begitu erat.

MY STARBOY ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang