"Chello?"
Sebenarnya, agak terlalu asing saat seseorang memanggilnya begitu. Namun tak urung Zico tetap tersenyum, menyunggingkan senyum terbaik yang ia punya. Menyambut wanita dengan hijab kelabu yang membukakan pintu untuknya.
"Apa kabar, Bunda?"
Bunda Lana, pengurus panti itu tersenyum lembut. "Baik." Menoleh pada sosok yang ikut tersenyum di samping Zico. Wajahnya terlihat tidak begitu asing, senyuman yang ia tunjukan sekilas membuat Bunda Lana teringat akan seseorang.
Menyadari Bunda Lana dan Ranaya saling bertatapan, Zico mengerti. Ia merangkul Ranaya dengan hangat sembari memperkenalkannya pada Bunda Lana agar wanita paruh baya itu mengingatnya.
"Bunda gak ingat dia?"
"Em, sebentar." Bunda Lana mengambil kaca matanya yang digantung di leher, memakainya untuk memperjelas penglihatannya. Alisnya bergelombang untuk beberapa saat. Sampai akhirnya mata dengan kornea yang sedikit memutih itu membelalak. "Ya ampun, Chella!"
Bibirnya melengkung membentuk senyuman, Ranaya membalas pelukan hangat dari bunda panti yang pernah mengasuhnya beberapa tahun lalu.
"Kamu udah gede, ya, sekarang." Tak terasa air mata haru ikut mewarnai pertemuan itu. Bunda Lana melepaskan dekapannya, ia kembali melebarkan mata melihat perut Ranaya berukuran besar. "Kamu lagi hamil?"
Senyum Ranaya sejenak memudar, apa ia terlihat aneh berbadan dua di usianya saat ini? Melihat Bunda Lana sangat menunggu jawaban darinya, ia tersenyum tipis sembari mengangguk perlahan.
"Iya, Bunda."
"Ya udah, ayo masuk dulu. Aduh ... Bunda sampai kangen sama kamu."
Ranaya hanya menurut begitu Bunda Lana menarik tangannya dan mengajaknya masuk ke dalam panti. Zico juga mengikuti dua wanita itu dari belakang.
Ranaya mendudukkan diri di sofa ruang tamu, yang biasa menjadi tempat pertemuan pengurus panti dan calon orang tua yang ingin mengangkat salah satu anak panti menjadi penerus mereka.
"Bunda sampai nangis." Tangan Ranaya menengadah, menghapus air mata Bunda Lana yang tak kunjung berhenti mengalir.
Bunda Lana terkekeh getir, menghapus jejak air matanya sendiri. "Gimana-gimana? Kamu sekeluarga sehat-sehat aja, 'kan? Terakhir kita ketemu kamu masih 8 tahun. Nyonya Ella sama suaminya gimana? Udah lama Bunda gak tau kabarnya."
Ranaya terdiam, melirik ke arah Zico, pemuda dengan senyuman kecil itu mengangguk pelan. Memberi kode Ranaya bisa menceritakan kisahnya.
Ranaya menunduk, membuang napas panjang. "Papa udah meninggal, Bunda."
Keantusiasan Bunda Lana menguap, wajahnya berubah kaget dengan senyum ramah yang memudar seketika. "Innalillahi, Bunda baru tau. Nyonya Ella gimana?"
"Mama ... koma. Mereka kecelakaan beberapa waktu lalu."
Bunda Lana menyentuh dadanya prihatin, tak menyangka kehidupan anak pantinya semiris itu setelah keluarga mereka membawa Ranaya dari sini. "Terus, sekarang Chella tinggal di mana?"
"Aku tinggal di rumah suami. Keluarga mereka yang bantu aku ngobatin Mama sampai sembuh. Papa mertua aku sampai bawa Mama ke Singapura." Di kalimat terakhir, Ranaya melirik Zico yang juga menatapnya. Seakan pemuda itu meminta penjelasan atas hal yang baru ia dengar. Ranaya tersenyum diam-diam.
Selain Bunda Lana, Zico juga baru mengetahui fakta ini. Biarkan pemuda itu berpikir apapun tentang keluarga suaminya. Ranaya yakin, Zico bisa menyimpulkan sendiri. Yang Zico tahu, Nyonya Ella mengalami kecelakaan yang berakhir koma. Ia mendapat sedikit informasi dari Dexa, ada keluarga dermawan yang mau membiayai pengobatannya hingga sadarkan diri. Selebihnya, ia tak tahu jika mereka ternyata keluarga suami dari Ranaya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY STARBOY ✓
Roman d'amourVarrios, tim yang berdiri sejak tiga tahun yang lalu. Kini diambil alih kepemimpinannya oleh Araka. Sebuah tragedi menyeret semua personil mereka. Satu-persatu ... dengan segala ancaman dan misteri. Pengkhianat yang berkedok teman, dan musuh yang me...