34. Gift From V

12.1K 1.4K 486
                                    

"Hallo, Bestie!"

Ranaya tersentak, hampir ia menyemburkan susu hamilnya karena suara kencang itu. Ia menatap Nadia penuh tuduhan tak terucap. Sahabatnya ini, dari pada sapaan manis yang ia lontarkan suaranya lebih mirip alarm kebakaran.

"Lain kali kalau mau nyapa gue lewat chat aja, Nad. Biar gue gak kaget."

Nadia malah cengar-cengir tak berdosa, masuk ke dalam ruang inap Ranaya yang kosong penjenguk.

"Nayaaa ...." Ia langsung berhambur ke pelukan Ranaya, menyalurkan rasa khawatir yang ia tahan sejak kemarin. Ia tentu terkejut mendengar berita buruk yang menggemparkan warga Varrios.

Pertama tentang Ranaya yang terjatuh dan dilarikan ke rumah sakit, kedua tentang ketua Varrios yang tiba-tiba mengundurkan diri.

"Gue khawatir banget sama lo. Lo gak pa-pa, 'kan?"

Dalam dekapannya, Ranaya mengangguk pelan. Nadia pun melepaskan pelukannya, ia berkacak pinggang sambil menunjukkan wajah garang di depan Ranaya.

"Gue nyaris mati mendadak gara-gara denger lo jatuh, tau! Lagian kenapa, sih, lo gak mau gue temenin sampai Araka dateng aja?"

"Mana gue tau kalau jadinya begini?"

Nadia yang geram mendorong pelipisnya pelan. "Kebiasaan, kalau diomelin malah jawab! Awas aja, kalau nyokap gue sampai tau ... tamat riwayat lo dimarahin habis-habisan sama dia. Bisa-bisa entar HP lo kek radio siraman rohani gara-gara Mama ngomel gak inget durasi."

Ranaya hanya terkekeh kecil mendengar omelan sahabatnya itu. "Lo ngasih tau nyokap lo?"

"Ya nggaklah! Kalau dia sampai tau, yang ada dia bakal maksa gue cepet-cepet nganterin dia ke sini. Ribet lagi entar urusannya, ini aja gue harus mati-matian ngerayu Araka supaya bisa diijinin jengukin lo." Nadia berdecak. Lihatlah, kini Ranaya malah cekikikan tak tahu diri. Nadia menghembuskan napasnya panjang. "Tapi lo beneran gak pa-pa, 'kan, Nay?"

Ranaya mengangguk tenang. "Punggung gue cuma cidera ringan, besok juga sembuh, kok."

"Kalau baby-nya gimana?"

"V juga baik-baik aja, udah diperiksa sama dokter kemarin."

Nadia bernapas lega. "Huh, syukur, deh. Gue gak bisa bayangin kalau ponakan gue kenapa-napa. Lain kali lo lebih hati-hati, ya. Kalau Araka gak bisa nemenin lo harusnya lo minta tolong sama gue aja, lo itu udah jadi amanah nyokap gue asal lo tau. Tiap hari dia nanyain lo gimana di sekolah, ada perkembangan apa, bayinya udah bisa ngapain aja. Sampai gue ngerasa dianaktirikan."

Ranaya tertawa kecil.

Nadia juga ikut tertawa, namun tak lama tawanya berganti senyuman kikuk. "Btw, Nay. Gue mau nanya sama lo, nih."

"Nanya aja kali," ucap Ranaya dengan santainya. Menyeruput susu hamil instan yang Araka belikan tadi sebelum ia pamit mencari makanan di luar.

"Ada yang bilang, lo jatuh gara-gara didorong Celia, ya?"

Ranaya berhasil dibuat mengernyit total. "Siapa yang bilang gitu?"

"Orang-orang di markas, mereka pada ngomongin lo sama Celia kemarin."

Mendengar itu Ranaya langsung menyangkalnya. "Itu sama sekali gak bener, gue jatuh gara-gara kepleset sendiri, kok. Kenapa jadi nyalahin Celia? Malah dia yang megangin kepala gue supaya gue tetep sadar sampai Araka dateng."

MY STARBOY ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang