25. Night Party

16.6K 1.7K 463
                                    

Juna, Theo, Rey, dan anggota Varrios yang lain menghela napas kompak, mereka lelah mendengar Araka yang mengoceh panjang kali lebar. Tak peduli kini jam sudah berputar dua kali, Araka tetap semangat memberi kuliah pada teman-temannya. Mengajarkan studi bahwa Zico adalah manusia paling biadap dari lalat hijau, ia adalah the real serangga and one and only makhluk yang halal dibasmi.

"Udah kali, Ar. Capek gue dengerin lo ngomong." Theo mengeluh.

"Gue belum capek! Lo semua harus dengerin gue sekali lagi! Pokoknya Zico itu ... bla bla bla ...." Araka memulai kuliahnya lagi.

Lagi-lagi semua mendesah lelah serempak. Ketua mereka ternyata punya bakat terpendam juga, mungkin jika Araka minat dia bisa menjadi penyiar pertandingan sepak bola karena bakatnya itu.

Juna melirik Ranaya. "Nay, kasih tau laki lo, tuh. Bisa budek gue lama-lama, bacotnya kuat banget sumpah."

Ranaya bergidik bahu. Meski ia kini tengah duduk menyamping di pangkuan Araka, memiliki jarak yang cukup dekat dengannya ia sama sekali tak terganggu dengan segala kicauan suaminya. Ranaya anteng, karena dia sudah mendapat apa yang dia mau.

Pie susu.

Yang dibeli langsung dari Bali oleh calon kakak iparnya yang tengah berada di sana karena keperluan penting. Malam sebelum Garda pulang Araka menelponnya untuk membelikan beberapa bungkus pie susu karena istrinya sedang ngidam.

Betapa baik hatinya Garda itu, tak cukup hanya membeli satu atau dua bungkus saja ia membelikan beberapa kardus besar untuk calon adik ipar dan calon keponakannya.

Ranaya membawa sisa pie susunya ke markas, berniat membagikannya dengan para anggota di sana. Kebetulan siang ini Varrios sedang berkumpul.

Setelah peristiwa Zico yang sok akrab dengan Ranaya hati Araka memanas. Beberapa hari belakangan emosinya tidak stabil, ada saja hal sepele yang membuatnya naik pitam.

Puncaknya, pagi tadi. Dengan berani Zico mengirim pesan pada Ranaya dengan kalimat,

Selamat pagi, Cantik.

Yang membuat Araka tanpa sadar membanting ponsel istrinya. Ranaya tidak marah, karena ia juga balik melempar ponsel suaminya.

"Pokoknya, mulai sekarang Bebeb gak boleh ke mana-mana tanpa izin dari gue. Harus ada yang nemenin dia kalau gue gak bisa!" Araka menegaskan. "Lo semua, kalau sampai gue nemu bini gue jalan sendirian. Lo gue pecat!"

Teman-temannya hanya manggut-manggut paham, malas berdebat lebih tepatnya. Mereka memilih mengiyakan karena ingin Araka cepat diam.

Ranaya mengurungkan niat memasukkan potongan pie-nya. Ia mengernyit menatap Araka yang tengah memangkunya.

"Kok, gitu?" tanyanya sewot.

"Iyalah! Hidup kamu itu lagi dalam bahaya. Udah tugas aku jagain kamu sama V biar gak diapa-apain!"

"Ar, please. Zico gak bakal ngapain-ngapain aku, dia cuma mau temenan doang apa salahnya, sih?"

"Nggak boleh! Temenan gak boleh, kenalan gak boleh, tatap-tatapan juga gak boleh! Kamu gak boleh kenal sama orang namanya Zico, titik!"

Ranaya melongo tak percaya karena peraturan Araka.

Rey geleng-geleng kasian. "Araka kalau udah benci sama orang liat dia kedip aja bawaannya pengen bunuh, ya."

"Kasian bininya, tuh. Kalau gak mau kasih gue aja udah."

Juna menepuk gemas jidat Theo karena ucapan frontal pemuda itu. Bahaya jika Araka mendengarnya, bisa-bisa pertemuan ini makin berakhir panjang karena masalah baru.

MY STARBOY ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang