47. I'm Coming, Babe!

12.5K 1.9K 1.2K
                                    

"Rey, gue udah ganteng belum?"

Rey merasa jengah, ini kesekian kalinya ia mengangguk. Menjawab pertanyaan Araka dengan malas, fokus menyetir mobilnya menuju markas Cyber. Membawa calon pengantin pria yang rewel sejak tadi.

Sejak Zico pergi dari markas, seolah setan yang bergelantungan di tubuh Araka juga ikut pergi. Pemuda itu terus memasang senyumannya, sangat manis hingga lesung di dekat bibirnya terlihat. Mengganti bajunya dengan baju yang lebih bersih, merapikan rambutnya serta mengoles gel rambut.

Gigi rapinya dipamerkan percaya diri, hingga orang yang melintas pun akan mengira suasana hati Araka sedang ditumbuhi bunga-bunga. Tak lupa, kenarsisan laki-laki itu naik menjadi beberapa persen.

Seandainya menghabisi orang macam Araka adalah perbuatan terpuji, Rey ingin melakukannya sejak tadi.

Meski matanya bengkak dan hidungnya masih merah, senyum manis tak pernah pudar dari bibirnya. Araka begitu bahagia, dalam hati ia menyusun rencana apa saja yang akan ia lakukan setelah bertemu dengan istrinya sebentar lagi.

Mumpung sudah dua hari ini mereka tidak akur, Araka ingin membuat hari selanjutnya seolah menjadi hari pengantin baru untuk Ranaya. Sesekali ia ingin memanjakan gadis itu dan menuruti segala keinginannya.

Ya ... walau Araka sudah yakin jika semuanya tidak akan semudah itu, tak apa, Araka sudah pasang badan. Sedia payung sebelum hujan, sedia alasan sebelum perang.

"Ngomong-ngomong, belakangan ini Theo keliatan sibuk, ya? Mondar-mandir kek topeng monyet."

Rey meliriknya sebentar. "Lagi ada urusan mungkin," balasnya simple.

"Tumben dia gak cerita, biasanya, tuh, anak selalu gembar-gembor kalau nemu sesuatu. Inget gak, sih, lo? Waktu dia pertama kali mimpi basah terus cerita heboh ke kita? Sumpah, waktu itu gue pengen banget prekes bijinya."

Rey terkekeh kecil. Membelokkan setirnya ke jalanan sempit, diikuti beberapa rombongan di belakangnya. Beberapa anggota Varrios ada yang ikut, sementara sebagian tetap berjaga di markas.

"Mungkin dia lagi gak pengen cerita, atau ... itu hal yang paling pribadi. Jadi sungkan buat ngasih tau kita." Rey berpendapat.

"Hal apa yang paling pribadi selain mimpi nanu-nuna? Theo sekarang aneh, mulai berubah gak kek dulu lagi. Jadi curiga gue."

Rey mengernyit. "Curiga maksud lo?"

"Ya, curiga aja." Araka bergidik bahu. "Waktu kemarin gue ke markas Cyber buat jemput Bebeb, dia kebetulan gak ada. Kalau dari yang gue liat Bebeb lagi keluar sama Zico. Gue ikutin, 'kan, mobilnya. Ternyata mereka ke panti asuhan, gue kurang tau pasti mereka ngapain di sana. Tapi pas gue liat di depan, kok, ada motor Theo, ya?" Araka mengingat kembali, meyakini dengan pasti penglihatannya tidak salah. Yang ia temukan di tempat parkir panti asuhan yang didatangi istrinya ia benar-benar melihat ada motor Theo di sana.

"Mungkin cuma kebetulan motornya mirip."

Araka berdecak karena Rey tak kunjung percaya. "Orang mana yang masang banyak striker Niki Minaj di helmnya selain Theo? Perasaan dia gak punya kerabat yang yatim, deh. Ngapain, ya, dia di sana?"

Rey diam tak menjawab, dalam benaknya ia juga menerka-nerka apa yang dilakukan temannya di tempat itu. Apa mungkin ia sengaja mengikuti Ranaya yang kebetulan ada di sana? Atau ... ada perihal lain.

Rey berdecak. Kapan masalah ini selesai?

Tidak butuh waktu sepuluh menit setelah Rey membelokkan mobilnya. Kini mereka sampai di depan markas Cyber dengan pintu basement dibuka lebar. Memudahkan Rey dan rombongannya memarkirkan kendaraan mereka. Sepertinya, Zico telah memberitahu anak buahnya jika personil Varrios akan datang.

MY STARBOY ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang