"Aku udah bilang, 'kan, Kak. Aku bisa sendiri." Entah sudah berapa kali Ranaya berkata seperti ini.
Ini semua karena sosok di sampingnya ini, dokter muda bernama Argi yang fokus menyetir mobilnya. Dia terus memaksa Ranaya berangkat bersamanya. Dengan segala tawaran menggiurkan yang kebanyakan menguntungkan Ranaya. Juga tatapan penuh harap yang membuat Ranaya sulit mengatakan 'tidak'.
Meski sudah mendengar perkataan yang sama dari Ranaya berulang kali, Argi tetap tersenyum sambil membalas, "Kakak sekalian nyari sarapan, gak ada salahnya, 'kan?"
Ranaya memutar pandangannya. Alasannya selalu seperti itu. "Aku gak enak kalau terus ngerepotin Kakak. Lagipula jarak sekolah sama rumah sakit gak begitu jauh, kok."
"Daripada kamu naik angkot ngeluarin uang, apa salahnya nebeng sama Kakak? Jangan bilang sungkan, Kakak malah seneng nganterin kamu."
Ranaya menatapnya. Argi memandangnya sambil tersenyum penuh arti. Ranaya menelan ludah. Lebih baik ia mengalihkan pandangannya ke jalan raya. Tidak, dia tidak boleh memberi harapan apapun pada Argi. Jika pria itu menawarkan sesuatu, sebisa mungkin Ranaya harus menolaknya. Ia harap ini adalah kali terakhir dokter itu mengantarnya ke sekolah.
Mobil yang Argi kendarai tiba di depan sekolah Ranaya. Tulisan SMA Angkasa 01 yang berada di tugu depan menyambut mereka.
"Sore ini kebetulan jadwal Kakak kosong, mau jalan-jalan?"
"Tapi Mama—"
"Mama kamu udah ada yang jagain. Banyak dokter di rumah sakit. Kebetulan sore ini juga bukan jadwal Kakak yang bertugas. Jadi Kakak sama kamu bisa sama-sama tenang. Gimana?"
Ranaya menggigit bibir bawahnya, bimbang. Mengedarkan pandangan mencari ide untuk dikembangkan menjadi alasan logis. Mengatakan ia ada tugas, sudah menjadi alasan klise selama ini. Terkadang ini malah berujung Argi yang nekat menjemputnya di manapun ia berada.
Tepat di saat sedang keras-kerasnya berpikir, suara cempreng Nadia terdengar sampai ke dalam mobil. Gadis dengan tinggi yang sama dengan Ranaya itu melambaikan tangannya, berdiri di depan gerbang. Ranaya meringis malu. Tapi Ranaya bersyukur akhirnya ada kesempatan untuknya kabur dari Argi. Kali ini ia harus berterima kasih pada genderang maut sahabatnya.
"A-aku harus masuk kelas, Kak. Makasih tumpangannya."
"Eh, tapi, Nay—"
Ucapan Argi menggantung di udara, lagi. Ranaya sudah lebih dulu keluar dari mobilnya. Berjalan dengan langkah cepat menghampiri sahabat gadis itu. Argi berdecak, memasukan gigi lalau melajukan mobilnya meninggalkan wilayah sekolah.
Melihat mobil Argi sudah melaju, Ranaya menghembuskan napas lega. Sungguh, dia lelah dengan pria itu. Sampai kapan ia harus bermain kucing-kucingan seperti ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
MY STARBOY ✓
RomanceVarrios, tim yang berdiri sejak tiga tahun yang lalu. Kini diambil alih kepemimpinannya oleh Araka. Sebuah tragedi menyeret semua personil mereka. Satu-persatu ... dengan segala ancaman dan misteri. Pengkhianat yang berkedok teman, dan musuh yang me...