29. Aretta's Wedding

14K 1.3K 362
                                    

Berbulan-bulan kemudian.

Tak terasa hari-hari berlalu begitu laju, roda waktu berputar cepat tanpa manusia sadari. Siang dan malam terus berganti, musim-musim pun dengan setia menemani.

Ranaya mengusap perutnya yang nampak membuncit. Usia kehamilannya yang mencapai 26 minggu membuat perutnya nampak lebih besar.

Dokter mengatakan, buah hatinya tumbuh dengan sehat dalam rahimnya. Pemeriksaan rutin yang ia dan sang suami jalani setiap bulannya membuat mereka tahu bagaimana tumbuh kembang calon bayi mereka. Syukurlah, tidak ada sesuatu yang perlu dikhawatirkan.

Sambil tidur terlentang, Ranaya mengusap perutnya dengan gerakan lembut. Senyuman kecilnya menggambarkan suasana hatinya kini.

Rasa bahagianya tak terbendung dengan kata lagi, detik-detik kelahiran bayi ini seakan menambah warna baru dalam hidupnya. Mengisi ruang kosong karena kehadirannya yang bahkan tak disangka-sangka.

Ranaya menghela berat, menyesali pikiran jahat dalam benaknya dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ranaya menghela berat, menyesali pikiran jahat dalam benaknya dulu. Sempat terpikir olehnya tak membiarkan buah hatinya lahir dengan cara menggugurkannya.

Masa itu ... Ranaya belum benar-benar siap menjadi seorang ibu. Banyak beban berat yang menimpanya, hingga ia belum bisa menerima fakta jika ada nyawa mungil yang bersemayam dalam rahimnya.

Namun kini, semuanya berubah. Ranaya dan suaminya bahkan sangat mewanti-wanti lahirnya V dalam hidup mereka. Mengganti status keduanya menjadi sepasang orang tua. Membesarkan malaikat kecil mereka bersama-sama dengan segala persiapan yang sudah Araka rencanakan sejak awal.

Ibu hamil ini tersenyum mungil, semua itu akan ia rasakan beberapa bulan lagi. Rasanya ia tidak sabar untuk menyambut V lahir ke dunia.

Ranaya mengambil posisi duduk begitu mendengar suara decitan pintu. Menoleh, mendapati Araka baru keluar dari dalam kamar mandi. Hanya memakai celana pendek selutut berwarna hitam, tengah mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk seraya menutup pintu. Ia melempar handuknya di sofa begitu saja. Mengambil kaos putih di lemari, lalu memakainya.

"Ar," Ranaya memanggil dengan nada rendah sedikit penekanan.

Araka berbalik menatapnya bingung. "Apa?"

"Tuh." Ranaya menunjuk handuk yang tergeletak dengan lirikan matanya. Mengingatkan Araka untuk meletakkannya di tempat yang semestinya. Sepele memang, tapi Ranaya selalu menerapkan kebiasaan ini agar Araka bisa belajar disiplin.

Menyadari itu, Araka menyengir kikuk menggaruk tengkuknya. "Lupa."

Segera ia mengambil handuknya lagi, menggantungnya di belakang pintu kamar mandi tempat seharusnya handuk itu berada.

"Kran air udah dimatiin?" Ranaya bertanya.

"Udah."

"Closed udah ditutup?"

MY STARBOY ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang