17. Welcome to Varrios

28.2K 2.1K 204
                                    

Ranaya turun dari motor besar milik Araka dengan bantuan bahunya. Membenarkan letak jaketnya yang sedikit kacau karena tertiup angin. Memperhatikan bangunan besar yang terletak di sudut kota yang ia singgahi kini. Nampak megah dari luar dengan arsitektur modernnya. Markas Varrios.

Ranaya berusaha meneguk ludah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ranaya berusaha meneguk ludah. Seharusnya ia selalu ingat jika suaminya itu bukanlah orang biasa. Dia adalah ketua dari markas tim yang ia datangi ini, Varrios. Penguasa dari wilayah barat sekaligus yang mengendalikan seluruh anggota Varrios dari berbagai angkatan.

Tim yang dulu selalu ia hindari karena julukan biang onarnya, kini Ranaya malah terikat di dalamnya. Secara otomatis ia sudah menjadi bagian dari Varrios karena menikah dengan Araka, ketuanya sendiri. Mau tak mau Ranaya harus menerima fakta jika kini ia adalah anggota dari tim yang katanya brutal ini.

Ranaya mendengkus kesal.

Entah mengapa ... setiap Ranaya berniat menghindari sesuatu, ia malah semakin terjebak di dalamnya. Seolah tidak ada yang mau memberi Ranaya kesempatan untuk sekedar hidup normal. Selalu saja ada celah untuknya masuk ke lubang yang ia hindari.

"Di sini aman, 'kan?" Ranaya bertanya, diiringi dengan nada gemetar yang berusaha ia tutupi.

"Aman gimana?"

"Em ... aman dari razia polisi misalnya."

Araka terkekeh sebentar. "Belum tau, ya? Sekarang Varrios udah gak kayak dulu, semua anggotanya udah pada bersih, kok. Gak ada yang pakai obat-obatan aneh lagi. Paling kenceng, cuma pesta minum cola doang. Tenang aja, kita gak bakal ditangkap polisi kalau cuma sekedar kumpul-kumpul. Kecuali ... kalau masih ada anggota yang bawa obat sembunyi-sembunyi."

Ranaya hampir tercekik mendengarnya. Raut wajahnya yang berubah tegang dengan saliva yang terlihat turun dari tenggorokan membuat suaminya tertawa.

Araka mengacak pucuk kepala Ranaya dengan gemas. "Bercanda, ini cuma komunitas doang, kok, bukan komplotan begal."

Percuma, Ranaya masih bisa merasakan kini seluruh bulu kuduknya berdiri. Siap berlari meninggalkan tengkuknya yang terasa panas jika sudah diberi komando. Ia semakin merasa parno saja dengan tempat ini. Maklum, efek pertama kali datang ke tempat yang berbau kriminal.

"Lo takut, Babe?"

Ranaya tersentak saat Araka tiba-tiba menyentuh bahunya. Ia menggeleng cepat disertai senyuman kikuk. "Ng-nggak, kok, nggak."

Araka tertawa jenaka. "Pinter banget bohongnya."

"Gue gak bohong!"

MY STARBOY ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang