58. Ending

20.7K 2.1K 2K
                                    

"Ciee ... nangis."

Sebuah bantal mendarat tepat di wajahnya. Pelakunya Aretta, kakaknya itu dengan tega melempar bantal berukuran jumbo pada adiknya yang sedang berdiri menyandar di ambang pintu kamar.

"Pergi!" usirnya.

Araka cemberut, mengusap hidungnya yang terkena benturan lebih dulu. Matanya yang tidak bengkak seperti kemarin melirik Garda, kakak iparnya tengah sibuk menenangkan istrinya yang masih saja menangisi berita kepergian Ranaya walau sudah terdengar 4 hari yang lalu.

Seluruh keluarga tentu sangat terpukul dengan itu, tak terkecuali Aretta yang merasa kehilangan akan sosok sahabat sekaligus adik iparnya. Lain halnya dengan sang adik. Entah bagaimana jurusnya Araka bisa mengendalikan dirinya setelah dibuat kacau dan nyaris menyusul Ranaya di Singapura.

"Betah amat lo sama kakak gue, Bang? Kalo gue jadi lo nih, udah otw cari bidadari Dubai daripada repot ngurus Kuntilanak kek begini." Araka mengomentari, tak takut akan tatapan sengit kakaknya.

"Pergi sebelum kucing lo gue panggang hidup-hidup!"

Araka berdecak, sebal. Selalu saja Le yang menjadi ancaman, kasihan sekali kucingnya yang lugu tak berdosa itu. Tidak tahu saja kakaknya jika harga Le setara dengan deretan make up-nya.

"Cantik doang, kucing dipanggang." Araka mencibir, wajahnya tertekuk masam sebelum memilih pergi dari kamar kakaknya.

Langkahnya tertuju pada sebuah ruangan di samping kamarnya. Siang-malam Araka habiskan waktu untuk menghias ruangan itu sendiri. Menyulap kamar tak terpakai menjadi kamar bayi untuk V, si kecil Viora.

Dia tidak memperbolehkan seorang pun masuk sebelum menerima izinnya, tidak boleh ada yang menginjakkan kakinya di kamar ini dengan alasan apapun, semua harus dengan sepengetahuannya. Ia lakukan itu demi menjaga kebersihan dan sterilisasi kamar ini. Araka benar-benar ingin membuat bayinya merasa nyaman dan aman.

Araka mengambil kardus besar dari kamarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Araka mengambil kardus besar dari kamarnya. Perlengkapan bayi yang baru ia beli seperti popok dan beberapa pakaian bayi serta selendang.

Karena tak ada waktu untuknya pergi ke supermarket, terpaksa Araka memesannya secara online dengan bantuan Dokter Elmi, Fayla, atau Mama Nadia. Semua wanita yang memiliki profesi menjadi seorang ibu dia tanyai satu-persatu. Meminta bantuan mereka dengan sedikit memaksa mengenai hal-hal yang dibutuhkan V saat sudah sampai di sini.

Araka membuka kardus itu, dengan telaten Araka menata popok dan baju-baju mungil di dalam lemari khusus yang sudah terjamin kebersihannya. Setiap hari Araka selalu berkunjung ke sini, memastikan tidak ada yang kurang saat V tiba nanti.

Ia tersenyum simpul setelahnya, Araka tidak sabar menyambut Viora datang ke rumah ini. Ah, bagaimana rasanya menggendong darah dagingnya sendiri? Apakah benar apa yang dikatakan papanya, bahwa saat sudah menjadi orang tua nanti insting seorang ayah akan tiba-tiba muncul?

MY STARBOY ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang