28. Mr. Rabby

14.4K 1.4K 185
                                    

Pagi ini aktivitas Araka diawali dengan bangun lebih dulu dari istrinya, menyempatkan waktu mengucapkan selamat pagi pada sang calon buah hati, berlanjut dengan membuatkan susu cokelat rasa vanila untuk ibu hamil kesayangannya ini.

Sambil bersenandung riang menggoyangkan pinggulnya ke kiri ke kanan Araka asik menari bahagia di dalam dapur, sambil membuatkan sarapan istimewa berupa susu vanila yang diberi sedikit bubuk cokelat agar terlihat seperti susu cokelat.

Araka selalu melakukan ini karena sampai sekarang selera susu hamil istrinya masih seaneh itu. Untungnya Ranaya tidak protes mengenai hilangnya biji selasih yang biasanya ada dalam susunya.

"Mi pan su su sum, su su su. Mi pan yakakus, ñam ñam ñam. Mi pan ... su su su su su su sum!"

"Kalau tumpah aku gak jadi minum, nih."

Araka menoleh begitu mendengar suara itu, ia menyengir lebar. Nyanyian sumbangnya pun ikut berhenti. Mengucapkan selamat pagi pada sang istri yang masuk ke area dapur.

Ranaya menggulung rambutnya tinggi-tinggi, menyisakan beberapa anakan di tepi-tepinya. Membuat Araka menilai istrinya makin seksi saja.

Araka meletakkan sendok yang ia gunakan untuk mengaduk susunya di wastafel, menghampiri Ranaya yang duduk di kursi pantry. "Ini, sarapan untuk Tuan Puteri dan Tuan Puteri Kecil."

"Terima kasih." Ranaya membungkuk hormat menerima sodoran gelas itu. Menyeruput isinya perlahan-lahan sambil menikmatinya.

Sementara Araka menunggu Ranaya menghabiskan susu itu, ia berdiri di sampingnya. Mengusap-usap perut sang istri seperti lampu teko juga sesekali berbincang dengan V dalam hati.

"Babe, kita keknya perlu ke dokter kandungan buat check-up rutin juga, deh," cetus Araka.

"Iya, aku sempet punya pemikiran gitu."

"Nah, gimana kalau nanti sore kita ke klinik. Buat bikin jadwal periksa bulanan gitu, biar tau juga perkembangan V kayak apa."

Ranaya mengangguk setuju menerima saran itu. "Boleh."

Araka tersenyum kecil, mencium pelipisnya sedikit lama.

"Masih pagi udah mesra aja. Jadi iri, 'kan, gue." Aretta datang memasuki dapur, membuka lemari es mengambil sekotak sereal dan sebotol susu untuk menu sarapannya pagi ini.

Araka dan Ranaya yang mendengar itu hanya terkekeh manis dengan kompak.

"Oh, iya, btw kalian pada nganggur, 'kan? Gue boleh minta tolong gak?"

"Pasti nyusahin, nih." Araka sudah berdecak duluan.

Kakaknya menatapnya malas. "Emang selalu salah kalau gue minta tolong sama lo, Ka. Sakit hati mulu. Ya udah, gue minta tolong sama Ranaya aja. Gimana, Nay?"

"Minta tolong apa, Kak?"

"Gue pengen belajar masak, tapi di kulkas bahan-bahan udah pada abis. Boleh gak gue minta tolong lo ke supermarket buat belanja bulanan? Lo tau sendiri, semua ART lagi pada libur. Gue lagi gak bisa, nih, bentar mau belajar buat persiapan sidang besok Senin."

"Kalau di supermarket keknya lebih mahal, deh, coba nanti aku cari di pasar aja. Kebetulan juga lagi mau beli sesuatu." Ranaya menyanggupi.

"Pasar?"

"Iya, emang kenapa?" tanya Ranaya bernada sinis, menjawab pantulan suara suaminya.

MY STARBOY ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang