40. The Fact

10.9K 1.4K 631
                                    

Lampu disko menyala di tengah-tengah ruangan. Bunyi musik yang berdentum keras seolah menggedor telinga. Bau alkohol yang menyengat dan asap yang mengepul menggangu indra penciuman. Para manusia seakan hilang akal, menari dengan liarnya di lantai dansa. Tak peduli wanita atau pria mereka bercampur padu di sana, berjoget seirama musik DJ yang diputar.

Araka membekap hidung dan mulutnya dengan telapak tangan. Mencoba menghalau bau menyengat yang seolah menerobos hidungnya. Berbulan-bulan tidak mengunjungi tempat terkutuk ini rupanya cukup membuat Araka merasa asing.

Sampai dia bisa menilai, tidur berpelukan bersama istrinya sembari menciumi rambutnya yang beraroma melon jauh lebih baik ... dan lebih aman. Ia sudah bisa menerka bagaimana tanggapan Ranaya nanti jika dia sampai tahu suaminya datang ke tempat seperti ini.

Selain kenyamanan tidurnya yang terancam, mungkin Ranaya tidak akan membiarkan Araka menyentuh perutnya sampai V lahir.

Araka bergidik ngeri. Jangan sampai.

Pemuda ini mengedarkan pandangannya ke penjuru club malam itu. Club yang pernah ia kunjungi beberapa bulan lalu bersama Juna guna menyusun rencana To Save Ranaya.

Tepatnya untuk mengatur kerja sama dengan Molly, pemilik tempat ini. Untuk bertingkah seolah Araka ingin 'menyewa' Ranaya, padahal tujuan utama rencana mereka bukan itu. Tapi Araka malah menggagalkan rencana di akhir cerita.

Sudahlah, itu masa lalu.

Araka mendatangi meja bartender dengan sangat berusaha, menerobos lautan manusia yang menari bebas di lantai dansa. Berpelukan dan berciuman tanpa mengenal nama. Bahkan beberapa pakaian mereka ada yang tidak layak pakai.

Dia sendiri bingung, kenapa dulu ia suka datang ke tempat menjijikkan seperti ini. Seandainya saja ia sudah mengenal Ranaya lebih dulu, pasti masa remaja Araka tidak akan ternodai.

"Ih, gue jijik! Pergi lo jauh-jauh! Hush! Hush!"

Dengan tolakan mentah Araka mendorong wanita berpakaian super minim yang tiba-tiba datang merangkul lengannya. Araka menatapnya ngeri seakan geli jika ditempeli wanita itu.

Araka mengambil napas sabar. Ia harus segera menuntaskan tujuan utamanya datang ke sini. Dia ingin cepat pulang.

"Woy! Baru pertama kali dateng ke sini, ya? Kaku bener." Bartender yang Araka ingat bernama Valen itu berkata, seraya mengocok kaleng aluminium berisi vodka.

"Gue udah hatam tempat beginian." Araka membalasnya, mendudukkan diri di kursi tinggi berbentuk bulat yang berjejer rapi di depan meja bartender.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
MY STARBOY ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang