Epilog

21.9K 1.8K 912
                                    

"PAPA, ISTRI AKU ILANG LAGI!"

Kontan, kopi hitam itu berpindah tempat dari mulutnya. Menghujani lantai berbahan kayu.

Usai menyemburkan kopinya karena kaget, Mr. Ken menatap penuh ancaman pada putranya, yang datang dengan sembrono ke ruang kerjanya di saat ia tengah sibuk bekerja sambil menikmati kopi hitam paginya. Niat hati ingin menikmati secangkir kopi sambil bersantai-ria memeriksa dokumen di pangkuannya, kini lenyap seketika, hancur karena ulah putranya sendiri.

"Bisa gak sehari aja kamu gak usah teriak-teriak gitu? Inget, udah punya bayi. Bukannya Papa, bayi kamu yang kena serangan jantung duluan!" semprot papanya begitu Araka tiba. Menyeka beberapa tetes kopi yang mengotori wajahnya.

"Ih, Papa lebay, deh."

"HEH!"

"Iya-iya, maaf." Araka menunduk cemberut, nyalinya menciut menjadi sekecil biji selasih melihat pelototan sang papa. Matanya yang jahil melirik ke segala ruangan, mencari istrinya.

Mr. Ken rupanya menyadari gelagat itu. "Ranaya gak ada di sini, cari di bawah sana. Lagi sama—"

"Oke, makasih." Araka berbalik, pergi dengan tidak tahu dirinya di saat mulut sang papa bahkan belum tertutup sempurna. "BABE! KAMU DI MANA? YUHUUU ...."

"Astaga, ini rumah bukan hutan! Aka! Kecilin suara kamu! Papa lagi kerja! Ck!" Mr. Ken berdecak setelahnya, menyadari suaranya tak akan didengar putranya.

Dasar, anak itu, rutuknya dalam hati. Melanjutkan pekerjaannya yang tertunda setelah dirasa suara mengganggu Araka tak lagi terdengar mengusik dan mengobrak-abrik telinganya.

Sementara dalam misinya, Araka berjalan celingak-celinguk keliling rumah. Jika saja dia punya toa mungkin sekarang tangan kosongnya akan dihuni benda itu. Dia berkeliling seperti touring, mulai dari kamarnya sampai ruang kerja sang papa dan berakhir di ruang keluarga. Dimana di sana, Ranaya sedang menonton acara talkshow sambil memangku Viora yang terlelap di atas dadanya, sepertinya baru disusui.

"Dicariin." Araka mengadu lelah, tanpa membuang waktu dia merebahkan diri di paha sang istri. Menjadikan tubuh Ranaya kini dikurung dua orang manja berbeda ukuran itu.

Ranaya geleng-geleng kepala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ranaya geleng-geleng kepala. "Ya ampun, sadar diri, Ar, udah punya V. Gak usah manja lagi kenapa, sih?"

Dampratan Ranaya tak berpengaruh sama sekali. Araka tetap merebahkan kepalanya dengan nyaman. Mau bermanja-manja tak ingin kalah dengan putrinya.

Jika biasanya dada atas di dekat tulang selangka Ranaya menjadi tempat favoritnya merebahkan kepala, sekarang tempat itu sudah disabotase putrinya. Terpaksa, Araka harus mengalah dulu. Tunggu saja beberapa tahun lagi, maka Ranaya akan menjadi miliknya sepenuhnya.

MY STARBOY ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang