Suasana sekolah mulai ramai, waktu menunjukan pukul setengah sepuluh pagi di mana setengah jam lagi sesi ujian akan berakhir. Para murid kelas 12 dipersilahkan meninggalkan ruangan apabila ujian yang mereka kerjakan telah usai. Namun tetap harus menetap di sekolah, dibebaskan melakukan apapun sampai mereka dipulangkan serentak pada pukul 11.30 nanti.
Araka berjalan santai, setelah membuat kericuhan di kantin tadi ia mengasingkan diri di perpustakaan. Tempat itu terlalu suci untuk orang seperti Araka sebenarnya. Sudah berbulan-bulan bersekolah di sini, ini adalah kali pertama ia menginjakkan kakinya di sana. Tidak ada kegiatan lain, selain mengambil buku berukuran lebar untuk ia letakkan di atas kepala.
Menutupi wajahnya.
Tidur.
Hampir setengah jam waktu di perpustakaan, ia habiskan dengan bermimpi indah. Apalagi jika bukan mengkhayalkan tentang istrinya. Mimpinya akan benar-benar terasa nyata juga tidak terpotong di tengah-tengah jika saja penjaga perpustakaan tidak membangunkannya sekaligus mendepaknya keluar.
Araka menguap lebar, ia masih mengantuk. Langkahnya maju tanpa arah. Kepalanya mendongak menatap dinding-dinding kelas. Membaca poster di sana lalu berhenti di depan mading. Membaca kumpulan puisi yang dipajang dengan intonasi tak semestinya.
Bosan.
Ia berjalan lagi. Menendang udara sampai merasa jengah sendiri. Tampangnya lesu seolah tak berselera hidup, hidup segan mati tak mau. Seperti itulah dirinya kini. Ia kacau sejak istrinya pergi, semua hal di dekatnya terasa tak menarik lagi. Bahkan beberapa kekacauan yang ia buat pun belum mampu mengusir kesepiannya.
Benar-benar sepi ....
Namun meski begitu, ia masih sempat menatap tajam siswa/i yang menatapnya terang-terangan. Mendamprat mereka dengan segala makian kejam yang pasti akan membuat mereka sakit hati.
Jangan salahkan mereka yang berani membuat ulah dengannya, Araka sendiri yang tidak tahu situasi.
Di antara lainnya, ia yang terlihat paling mencolok melanggar aturan. Dengan bawahan celana abu-abu ia tidak memakai seragamnya, hanya memakai kaos hitam yang membalut tubuhnya yang tampak begitu pas. Otot-ototnya pun tercetak jelas, mungkin jika diperhatikan lebih seksama terlihat beberapa kotak di perutnya jika baju Araka terangkat tertiup angin.
Sekali saja seorang gadis ketahuan memperhatikannya, harus siap badan menjadi sasaran empuk si singa tempramen ini.
Tapi rasanya ... ada yang tidak peduli dengan itu. Mereka tetap berani menatapnya terang-terangan meski dari jarak jauh. Tampang Araka tidak begitu buruk jika dilihat-lihat, wajar jika kaum hawa ada yang tertarik dan menjadikannya objek cuci mata.
Tuhan memberinya mata tajam yang sering mengintimidasi lawan bicara, bibir sedikit berisi namun penuh racun, gigi putih rapi yang terlihat manis saat tersenyum lebar ... namun terkadang terlihat seram saat mengertat marah, rahang tegas yang akan mengeras ketika emosi, dan tubuh proporsional tinggi namun pas untuk ukuran model pria, serta dada bidang yang tercetak apik lengkap dengan bahu tegapnya.
Jika tidak mengingat bagaimana sifatnya yang melebihi iblis, Araka bisa menjadi sasaran yang pas untuk para pencari jodoh, dijadikan target. Gebetan, misalnya.
Namun mengingat secinta apa Araka dengan sang istri, yang telah mengetahui Araka sudah menikah pasti tahu, semua yang ada di dalam diri pemuda itu milik siapa.
Apalagi dengan status mantan model yang disandang gadis pemilik singa ini, makin membuat sebagian perempuan harus mengintropeksi diri terlebih dahulu sebelum mengambil garis start. Baiknya, turuti saja apa yang diucapkan tukang parkir.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY STARBOY ✓
RomanceVarrios, tim yang berdiri sejak tiga tahun yang lalu. Kini diambil alih kepemimpinannya oleh Araka. Sebuah tragedi menyeret semua personil mereka. Satu-persatu ... dengan segala ancaman dan misteri. Pengkhianat yang berkedok teman, dan musuh yang me...