Embun pagi masih menyelimuti bumi. Kicauan burung yang bertengger di ranting pohon terdengar begitu merdu. Sinar mentari yang menyapa masih muncul malu-malu.
Di pagi yang masih terlalu pagi ini. Ranaya merasa ada yang aneh pada dirinya. Rasanya, beban di perutnya semakin bertambah saja. Ada rasa menggelitik yang memanggilnya. Membuatnya harus membuka mata walau masih terasa sangat malas.
Ranaya menguap lebar. Mengambil ponsel yang ada nakas, mengecek jam yang tertera di sana.
Pukul lima pagi.
Ia berusaha bangkit. Meraba tempat di sampingnya untuk membangunkan suami tukang kebonya. Namun tangannya tak merasakan apapun. Tidak ada hidung sang suami yang biasanya menjadi target pertama tamparan tangannya. Saat Ranaya menoleh, ternyata tempatnya kosong.
Ranaya mengernyit. Tumben sekali, suaminya itu bangun tanpa harus melewati Perang Badar dulu.
Karena keadaan kamarnya masih terlalu gelap, Ranaya menekan tombol lampu di nakas, menjadikan suasana tak segelap tadi. Ia hendak mengambil posisi duduk, namun ia sulit untuk bangun karena beban di perutnya ini.
Saat Ranaya melirik ke bawah. Matanya membulat, terkejut, mendapati ukuran perutnya jauh lebih besar. Padahal ia baru ketahuan hamil beberapa hari yang lalu.
"Cepet banget gedenya," gumamnya. Ia berniat menyingkap selimut yang menutupi separuh tubuhnya. Namun, Ranaya terpaksa berhenti karena suara yang terdengar tidak asing menyentil telinganya.
"Papa punya pantun, kamu mau denger gak?"
"Papa?" Alis Ranaya menyatu. Lebih menajamkan telinganya. Sepertinya, suara itu berasal dari dalam selimut.
"Dengerin, ya. Ikan cucut, ikan hiu. You are so cute, i love you."
Ranaya terkikik mendengarnya. Ia menyangga kepalanya dengan sebelah tangan. Mendengarkan apa saja yang diucapkan oleh suara itu.
"Kamu suka?"
Suara kekehan terdengar samar.
"Papa mau nyanyi, kamu dengerin, ya."
"Oke, Papa." Ranaya berbisik kecil, ikut menyimak.
"Ekhem, ekhem! Meletus balon hijau ... tit! Hatiku sangat kacau. Dari jauh kukira kerbau ... ternyata itu engkau. Hehe, bercanda."
Ranaya tertawa. Membuka selimut yang menutupi perutnya yang nampak kembung itu. Menemukan sebuah kepala yang sejajar dengan perutnya. Siapa lagi jika bukan milik suaminya. Ternyata, ini adalah penyebab perutnya merasa sesak juga terlihat lebih kembung.
"Lo ngapain, sih, Ar?"
Araka menengadah. Ia tersenyum manis ke arah sang istri.
"Lagi ngobrol sama V," katanya.
"V?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MY STARBOY ✓
RomanceVarrios, tim yang berdiri sejak tiga tahun yang lalu. Kini diambil alih kepemimpinannya oleh Araka. Sebuah tragedi menyeret semua personil mereka. Satu-persatu ... dengan segala ancaman dan misteri. Pengkhianat yang berkedok teman, dan musuh yang me...