Pagi ini, SMA Angkasa 01 digemparkan oleh fenomena aneh. Bukan fenomena alam bukan pula fenomena gaib, bukan sulap bukan juga sihir.
Sepanjang jalan dari gerbang masuk menuju kantin dan seluruh inci sekolah dihiasi dengan bunga-bunga anggrek yang berjejer rapi. Banyak pot-pot kecil yang tersebar lengkap dengan Bunga Anggrek beraneka warna di dalamnya.
Tidak ada yang tahu siapa yang mendadak menghiasi sekolah dengan bunga-bunga itu. Tapi, jika dilihat dari siapa yang kini membagikan Bunga Anggrek beserta potnya ke semua orang. Sepertinya bayi katak pun bisa menebaknya.
"Perasaan baru kemaren lo kesurupan jenglot kenapa sekarang manis banget, dah, pake bagi-bagi bunga segala?" Juna bertanya super heran, menerima pot bunga yang Araka bagikan lalu mencium baunya. Hem ... hambar.
Araka menyengir bajing. "Ini semua buat merayakan kebahagiaan gue," katanya.
"Dalam rangka?" Ganti Rey yang bertanya, tak luput pula di tangannya pun terdapat Bunga Anggrek berwarna kuning pemberian Araka.
"Tadi malem, gue abis dapat jatah."
Ketiga temannya membeo bersamaan. Mata mereka sedikit menukik dengan bibir menganga lebar nyaris terlihat bodoh.
Araka tertawa nyaring. "Lo yang belum nikah mana paham," sombongnya.
"Bentar, gue mikir dulu." Theo mengangkat jarinya. "Jangan bilang jatah yang lo maksud itu ...."
Dengan lagak santainya yang khas Araka mengangguk, membenarkan maksud yang akan disampaikan Theo. Tanpa kenal rasa malu ia kembali berkata. "Apalagi tadi malem Bebeb sukanya di atas, beuh ... makin mantap!"
"Gue masih kecil, anjiv! Jangan dikasih asupan begituan!" Theo yang kesal mengeplak kepala belakang ketuanya.
Araka meringis mengusap kepalanya. "Kalau iri bilang, Bos!"
"Gue kepet juga lu lama-lama!"
Araka menjulurkan lidah dan menjulingkan matanya mengejek Theo. Dua temannya, Rey dan Juna geleng-geleng kepala. Mereka memilih menonton jika Araka sudah berulah lagi, mau dicegah pun bocah itu selalu punya alasan untuk mengelak.
"Nah, itu si Bebeb!" Sinar mata Araka makin cerah, melihat istrinya baru saja keluar dari perpustakaan bersama sahabatnya. "Gue punya tugas buat lo pada, bunga yang mau gue bagi-bagi ke semua orang masih se-pickup. Minta tolong bagiin, ye, bye!"
"Eh, sialan! Kek gak ada kerjaan banget gue, anjrit!"
Theo tak sempat menendang karena Araka sudah kabur duluan, pergi menemui istrinya sebelum bayangan Ranaya berlalu. Meninggalkan decakan dongkol ketiga temannya. Memang, Araka itu The King of Tak Tahu Diri.
"Pagi, Istri Tiri!" Pemuda itu menyapa dengan cengiran manis. Datang dengan lompatan ceria tepat di depan Ranaya.
Ranaya mengusap dadanya yang bergemuruh, bukan main ia terkejut saat mengira Akang Poci mendatanginya padahal hari masih pagi.
"Bisa gak, sih, gak usah bikin orang kaget pagi-pagi!" omelnya.
"Galak amat, Babe, beda banget sama yang tadi malem." Araka malah menyengir kuda, mencolek dagu Ranaya dengan mimik menyebalkan. "Ngomong-ngomong soal tadi malem, nih. Kita abis berapa ronde, ya, kira-kira? Aku lupa. Keasikan soalnya, hehe."
Ranaya sontak melotot tajam. Belum sempat melaksanakan niat untuk memukul kepala Araka dengan buku yang ia bawa karena Nadia yang ada di sampingnya bertanya.
"Ronde? Ronde apaan, Nay?"
"Ca-catur," jawab Ranaya asal. Berusaha menutupi rasa malu yang seakan membakar habis wajahnya hingga memerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY STARBOY ✓
RomanceVarrios, tim yang berdiri sejak tiga tahun yang lalu. Kini diambil alih kepemimpinannya oleh Araka. Sebuah tragedi menyeret semua personil mereka. Satu-persatu ... dengan segala ancaman dan misteri. Pengkhianat yang berkedok teman, dan musuh yang me...