14. Will You Marry Me?

23.2K 2.1K 159
                                    

"Babe, tungguin!"

Araka mengejar Ranaya yang pergi begitu saja dari ruangan Revano. Mencekal pergelangan tangan Ranaya sampai gadis itu terpaksa menatapnya. Hanya sekilas, lalu ia kembali memalingkan wajah ke arah lain.

"Kok, lo pergi gitu aja, sih?"

"Lepasin."

"Babe, jawab gue dulu."

"Gue bilang lepasin, Ar!" Ekspresi wajah Ranaya mengeras. Memberi tekanan pada perintahnya.

Araka mengalah, melepas cekalannya di tangan Ranaya. Melihat mata Ranaya yang memerah itu, ia tahu gadis ini sedang berusaha menahan emosinya.

Araka menghela napas ringan, sepertinya ia harus berbicara dengan nada yang lebih rendah. Membicarakan hal ini baik-baik agar Ranaya mengerti maksud dari tujuannya yang sebenarnya.

"Babe, lo marah sama gue, ya?"

Ranaya berdecih. Membasahi bibir bawahnya yang terasa kering. Melipat tangannya sambil melengos. Tidak menjawab apapun.

"Soal gue yang maksa lo buat nikah, atau kar'na tuduhan yang gue pastiin bakalan terjadi?"

Ranaya diam.

Araka semakin memandang lekat gadis yang sama sekali tak mau menatapnya. "Yang gue lakuin ini udah bener, Babe. Pernikahan ini bukan cuma nyelametin reputasi lo, tapi ini juga buat bayi yang—"

Wajah Araka terhuyung karena tamparan keras itu. Ranaya menatap Araka dengan mata yang telah dibanjiri air mata. Muak dengan segala penuturan kosongnya. Muak dengan segala tingkah seenaknya dari pemuda di depannya ini.

"Lo udah puas sekarang?" Ranaya mendesis. "Belum cukup lo bikin harga diri gue hancur setelah lo bayar gue malam itu ... lo masih mau bikin gue lebih gak punya muka lagi dengan nuduh gue hamil, Ar?!"

Araka terdiam sembari memegangi pipinya, ia membisu.

"Lo gak tau gimana rasanya jadi gue!" Ranaya mulai terhisak. Memandang Araka dengan guratan kesedihan di wajahnya yang sayu. "Gue ini malu! Lo gak tau gimana rasa bersalahnya gue udah hancurin hidup gue sendiri! Gue bener-bener mau lupain semuanya tapi lo malah berusaha ingetin gue soal malam itu. Mau lo apa, sih?! Mau lo apa?!"

Ranaya mendorong dada Araka dengan hentakan kuat. Hingga Araka mundur beberapa langkah dari tempatnya berpijak. Araka tetap tak melawan, ia hanya diam menatap Ranaya datar dengan kepala sedikit menunduk.

"Lo punya dendam apa sama gue? Kenapa lo tega lakuin ini semua? Gue salah apa, sih? Gue tanya sama lo gue salah apa! Gue salah apa, Ar, gue salah apa!"

"Nay, stop, Nay!"

Juna, Theo, dan Rey datang di saat yang bersamaan. Mencegah Ranaya yang masih berambisi untuk memukuli dada Araka.

Juna yang paling bisa mengerti wanita di antara mereka mencegah Ranaya dengan cara yang lebih halus. Menarik lengan gadis itu dengan lembut, mencoba memberi Ranaya pengertian jika yang ia lakukan ini sia-sia. Yang dimaksudkan adalah: memukuli Araka, ini tidak akan membuat anak itu sadar akan perbuatannya.

Araka tetaplah Araka, ia harus mendapatkan apa yang dia mau dulu barulah ia bisa berhenti berbuat ulah. Mencari ke tempat lain di mana masalah itu berada, lalu ia akan menenggelamkan dirinya di sana. Membuat masalah baru.

MY STARBOY ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang