"Waaaaaa!" Araka sontak terbangun dari tidurnya. Ia terkejut bukan main, tidurnya terganggu karena hantaman air terjun.
Araka mengusap wajahnya yang basah kuyup, mengamati sekitar di mana tempat tidurnya juga tak kalah basahnya. Ia mendongak, mendapati kakaknya tengah menenteng sebuah ember di samping papanya yang sedang menatapnya tajam sambil bersilang tangan.
"Lain kali, Pa. Kalau Papa minta tolong bangunin Aka lagi, jangan lupa panggil aku." Aretta menawarkan jasanya. Memeluk ember kosong yang sebelumnya ia gunakan untuk menyiram adiknya.
"Thank you, Sweetheart."
"You're welcome, Papa." Aretta membungkuk hormat.
"Teganya kalian," Araka merungut seolah tersiksa. Kadang Araka merasa ia salah keluarga, entah sang papa atau kakaknya —ditambah lagi sekarang istrinya— mereka selalu kompak menyiksa anak malang ini.
"Liat sekarang jam berapa?" tanya Mr. Ken dengan nada dingin.
Araka menggeser bola matanya ke arah jam dinding. "Jam sembilan."
"Jadi?"
"Aku telat ke sekolah?"
Mr. Ken tersenyum manis, yang terlihat begitu menyeramkan di mata putranya. "Enak mabuk semalem?"
Araka menunduk, merasa bersalah sekaligus berusaha terlihat melas. Agar sang papa tidak menghukumnya dengan hukuman aneh apa lagi.
"Maaf, Pa. Khilap." Araka mencicit kecil. Ia teringat akan sesuatu. "Bebeb mana?"
"Udah berangkat, gue yang nganterin tadi." Aretta menjawab.
"Dia pasti marah, ya?"
"Ya ... gitu, deh." Aretta mengedikkan bahunya.
"Bilang gak mau ngomong sama gue lagi?"
"Ya ... gitu, deh."
"Gue harus tidur di luar rumah abis ini?"
"Ya ... gitu, deh."
Araka berdecak. "Kak Ata serius!"
Aretta mengangkat kedua bahunya lagi. "Ya ... gitu, deh."
Araka misuh-misuh dalam hati. Memandang Aretta seolah nyamuk kecil yang menyebalkan, Araka jadi gatal ingin membunuh kakaknya dengan raket nyamuk.
Mr. Ken mengambil handuk dari gantungan. Melemparnya ke wajah Araka. "Siap-siap sekarang, ini udah telat."
Araka mengernyit. "Aku harus ke sekolah jam segini?"
Mr. Ken tersenyum lebih seram lagi, kali ini ia melempar sebuah setelan jas lengkap ke tempat tidur putranya.
"Pakai jas kamu, kita ke kantor."
***
"Morning Mr. Ken."
"Morning."
"Good morning, how you been, Mr. Ken? (Selamat pagi, bagaimana kabar Anda, Tuan Ken?)"
"I'm good, Pak Ilham, thank you."
Mr. Ken menjawab sapaan penghuni kantor Axellez's Compagnie dengan senyuman kecil namun terlihat ramah. Melangkah dengan gagah ditemani putranya yang mengikutinya dari belakang. Dengan wajah kusam hampir mengkerut.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY STARBOY ✓
RomanceVarrios, tim yang berdiri sejak tiga tahun yang lalu. Kini diambil alih kepemimpinannya oleh Araka. Sebuah tragedi menyeret semua personil mereka. Satu-persatu ... dengan segala ancaman dan misteri. Pengkhianat yang berkedok teman, dan musuh yang me...