"Oke, cukup untuk materi hari ini. Terima kasih sudah mengerjakan tugas yang Ibu kasih minggu lalu. Nanti hasilnya akan dibagikan oleh Nadia, ya."
"Baik, Bu!"
Guru wanita itu tersenyum lembut. "Kalian boleh istirahat. Selamat siang, anak-anak."
"Siang, Bu!" jawab satu kelas dengan kompak. Membiarkan guru wanita itu pergi sambil membawa buku pematerinya setelah bel istirahat berbunyi.
Nadia, selaku sekertaris yang ada di kelas itu pun segera melaksanakan tugasnya. Ia mengambil tumpukan buku di meja guru. Membagikan sesuai nama pemiliknya. Selesai dengan itu, Nadia kembali ke mejanya.
Meja yang ia tempati berdua dengan Ranaya, yang kini tengah merebahkan kepalanya di atas meja. Gadis itu mengeluh kantuk, selama dua jam pelajaran ia habiskan untuk tidur. Untung saja meja mereka tidak berada di deret terdepan, jadi guru yang mengajar tidak mengetahui ada yang sedang bermimpi indah di tengah pelajarannya.
Nadia membuka buku yang ia bagikan tadi. Mencari lembar tugas terakhir untuk melihat nilainya. Ia menghela ringan kemudian. Nasibnya selalu sama dengan Ranaya, tidak pernah mendapat nilai sempurna dalam mata pelajaran ini. Nadia memperagakan hal yang sama pada buku Ranaya, seketika itu pula ia membelalak tak percaya.
"Nay! Nay! Nay!" panggil Nadia sambil memukul-mukul lengan sahabatnya.
"Ck, apaan, sih?!" Ranaya terbangun dengan mata yang terbuka malas.
"Ih, lo kerjaannya tidur mulu. Nih, coba liat keadaan tugas lo gimana."
Ranaya mengibaskan tangannya tak peduli. "Udahlah, palingan juga dapet 50 lagi."
"Lima puluh mata lo ketombean!" Nadia mengumpat kesal. "Coba ini liat dulu. Lo kebo banget, sih!"
Ranaya mendengkus kuat-kuat. Mengambil malas buku yang disodorkan Nadia. Membuka lembar tugas yang dikerjakannya semalam dengan ogah-ogahan. Tak lama setelah itu, sama seperti Nadia, ia pun ikut membelalak tak percaya.
"Seratus?" gumamnya dengan mata melotot lebar. Kini kantuk Ranaya hilang entah ke mana.
"Kesambet apaan lo MTK Wajib dapet segitu?"
Ranaya melamun sebentar. 'Bener-bener dapet seratus ini, gila.' Ranaya melirik tugasnya lagi, ia menggeleng samar setelahnya. 'Fix, tuh, anak emang jenius.'
"Nay!" Nadia memanggil dengan satu kali tepukan di lengan Ranaya, membuat gadis itu mengerjap sadar pada akhirnya. "Bagi tips, dong! Gue juga mau dapet nilai kek begitu. Bosen diomelin Mama mulu."
"Ya, belajarlah!"
Nadia berdecap. "Males banget gue belajar. Pengennya nyari om-om kaya aja."
Ranaya melotot, memukul kepala sahabatnya dengan buku.
Nadia cemberut mengusap kepalanya di bagian bekas pukulan Ranaya. "Tapi seriusan, deh. Tulisan serapi ini keknya bukan punya lo, 'kan, Nay. Gue tau lo juga ogah banget sama pelajaran ini, mustahil lo bisa dapet nilai sebagus itu. Mana sempurna lagi." Nadia memicingkan matanya. "Ngaku?"
"Ngaku apaan, sih?"
Nadia masih menyipitkan matanya. Menyelidiki Ranaya dengan tatapan mencurigai.
Membuat Ranaya lama-kelamaan merasa jengah, tak punya pilihan lagi ia pun mengaku. "Ya udah, iya, itu yang ngerjain Araka."
KAMU SEDANG MEMBACA
MY STARBOY ✓
RomanceVarrios, tim yang berdiri sejak tiga tahun yang lalu. Kini diambil alih kepemimpinannya oleh Araka. Sebuah tragedi menyeret semua personil mereka. Satu-persatu ... dengan segala ancaman dan misteri. Pengkhianat yang berkedok teman, dan musuh yang me...