"Nah, dapet lo!"
Araka berhasil menangkap Ranaya dengan mencekal pergelangan tangannya. Sekuat tenaga ia berlari untuk mengejar gadis itu. Araka akui, Ranaya memang gesit saat berlari.
"Sekarang, ikut gue ke kantin."
Dengkusan kuat Ranaya keluarkan. Hanya bisa menurut saat Araka mengajaknya ke kantin di bawah rangkulannya. Ranaya diam sambil melipat tangannya, sebal.
Araka membawa Ranaya ke tempat biasanya. Meja teman-temannya. Ia menyeret satu kursi kosong untuk tempat duduk gadis itu. Kini meja bulat itu diisi lima orang termasuk dirinya.
"Kenalin Guys, calon!"
Ranaya menjitak kepala Araka. "Gak usah ngomong sembarangan!"
Araka mengaduh mengusap kepalanya. Tapi ia tetap menyengir setelahnya. "Kan, kita emang beneran mau nikah, Babe."
"Nikah sama pohon toge sono! Gue gak mau!"
Araka cemberut. Ditolak lagi.
"Lo beneran niat, ya, Ar?" Juna merasa heran melihat pasangan dengan kepribadian yang saling bertolak belakang di depannya itu.
Sebenarnya, ia merasa kasihan pada Ranaya. Pasti gadis itu lelah ditempeli makhluk macam Araka ini. Juna yang sering direpotkan saja kesal. Apalagi Ranaya yang sering diusili, diganggu, diancam, dll. Hidup Ranaya benar-benar seakan berada di genggaman Araka. Seolah Araka hanya perlu menggerakkan jarinya untuk mengubah hidup gadis malang itu.
"Niatlah!" Araka menjawab dengan semangat. "Rey, panggilin penghulu terdekat, gue mau akad sekarang."
Ranaya mempelototi Araka dari samping. Direspon mimik genit oleh pemuda itu.
"Nekat bener lu, ah! Kasian ceweknya, Ar. Lo paksa-paksa gitu emangnya dia mau?" Theo berkata. Mewakili Rey yang lelah memberi pencerahan saat tidak didengar sama sekali.
Araka menatap Ranaya berharap. "Lo mau, 'kan, Babe?"
"Emang penolakan gue tadi malem masih kurang?"
Araka cemberut lagi. Ranaya mengingatkan dirinya tentang penolakan sadis itu. Sudah susah payah ia bersikap romantis, dengan entengnya Ranaya malah menolaknya habis-habisan.
Ini mengganggu sisi laki-lakinya tentu saja. Tak hanya merasa ditolak, Araka juga merasa terhina. Ini penyebab ia uring-uringan semalaman. Untung saja dia Ranaya, jika bukan ... entah sudah berapa kali Araka membuat pengecualian untuk gadis itu. Masih dengan wajah cemberutnya. Araka memeluk Ranaya dari samping. Mengadu sisi kepala mereka dengan manja.
"Pokoknya gue mau nikah sama lo. Lo gak boleh nikah sama orang lain. Kalau nggak, entar pelaminan lo gue bom."
Ranaya memutar bola matanya. Menganggap itu hal remeh juga tak mungkin Araka akan benar-benar melakukannya. "Kek bisa aja," gumamnya masih bisa terdengar.
"Bisa, kok, dibantu Juna."
Juna tersedak hebat. Ia yang sedang menyantap es krimnya merasa sendoknya ikut tertelan. Dengan terbatuk-batuk ia mengumpati sahabatnya. "Emang brengsek lo, Ar!"
Araka menjulurkan lidah. Memeluk Ranaya lebih erat lagi, ingin pamer jika kini ia sudah tidak sendiri. Jadi tidak akan ada yang menghinanya.
Araka benci, selama berada di Varrios ia terus dihina playboy, padahal Araka tidak sedang mendekati gadis manapun. Ini lebih menyakitkan tentunya, dituduh fuckboy padahal sadboy.
Ranaya yang risih berusaha menepis pelukan Araka. Menghentakkan tangannya agar terlepas. Lalu berdiri menatap anggota Varrios di meja itu satu-persatu. "Lo, lo, lo," tunjuknya bergantian. "Gue peringatin, ya. Jauhin temen kalian dari gue. Gue capek! Bisa gak kalau punya peliharaan itu talinya diiket kenceng-kenceng biar gak kabur ke mana-mana?!"
KAMU SEDANG MEMBACA
MY STARBOY ✓
Storie d'amoreVarrios, tim yang berdiri sejak tiga tahun yang lalu. Kini diambil alih kepemimpinannya oleh Araka. Sebuah tragedi menyeret semua personil mereka. Satu-persatu ... dengan segala ancaman dan misteri. Pengkhianat yang berkedok teman, dan musuh yang me...