"Di saat semua orang minggir, lo berani lewat di samping gue?" Araka mendesis disertai seringai seram. Menatap lekat seorang gadis yang berani berjalan di sampingnya saat semua orang memilih menyingkir. Dia yang membuat Araka harus memutar badan hanya untuk menghampiri gadis itu.
Araka sudah memperhatikannya sejak tadi. Saat ia sedang berjalan santai menikmati suasana baru sekolahnya, di mana hampir semua siswa menghormatinya bahkan memberinya akses jalan yang mudah. Gadis yang tak ia ketahui namanya itu malah berani melanggar aturan barunya.
Apa dia tidak mendengar pengumuman yang disampaikan Theo kemarin? Bahwa sekolah SMA Angkasa 01 akan kedatangan dua murid baru yaitu dirinya dan Juna yang tak lain adalah anggota inti di Varrios. Jika gadis itu mendengarnya, tak mungkin ia berani mengangkat dagunya seperti ini.
"Terus, kalau lo lewat sini gue harus minggir juga?"
Araka tersenyum remeh mendengar nada sinis itu. Ia mempertahankan tatapan mengintimidasinya dengan bibir menyunggingkan senyuman miring. "Kayaknya lo belum tau siapa gue."
"Emangnya perlu gue tau?"
"Nay, balik aja, yuk! Udah cukup cari gara-garanya." Teman di samping gadis itu berusaha memperingati sambil menggoyangkan lengannya.
"Nggak, Nad. Nih, orang kalau gak dikasih teguran gak bakal berhenti berbuat seenaknya." Ranaya kembali menatap Araka dengan berani. "Mungkin lo orang kaya, dari keluarga ternama, juga ditakuti semua orang. Tapi semua jabatan dan kedudukan lo sama sekali gak berpengaruh buat gue. Percuma kehidupan lo mewah, tapi soal etika lo nol besar!"
Araka bersilang tangan. Memilih menyimak apa yang gadis itu katakan padanya. Dia mendengarkan dengan baik segala makian dan hinaan tentangnya.
Dengan tidak tahu takutnya Ranaya kembali melanjutkan. "Jalanan di sini masih luas. Lo gak berhak ngusir siapapun kar'na jalan ini juga hak semua orang!"
"Tapi gue pengen jalan di sini tanpa ada orang lain. Lagipula selama ini gak ada yang berani ngebantah hal itu. Itu artinya, semua orang gak keberatan, 'kan ... Babe?" Araka mengedipkan sebelah matanya.
Ranaya melotot. "Pertama, lo gak punya hak untuk ngelakuin itu! Kedua, semua orang yang sekolah di sini punya hak atas jalan ini! Ketiga, jangan panggil gue 'Babe'!"
Araka melirik penampilan Ranaya dari atas sampai bawah. Gadis ini cukup berani untuk ukuran gadis dengan tinggi tak seberapa, mungkin pucuk kepala gadis itu hanya setara dengan rahangnya. Mangsa kecil seperti ini biasanya ia habiskan dengan sekali lahap, namun sepertinya akan lebih seru jika bermain-main sebentar.
"Ranaya Violeta," gumam Araka membaca nametag yang ada di dada kiri gadis itu, "dari namanya lo suka warna ungu."
"Jangan sok tau lo, jangan sembarangan menilai kepribadian orang dari sekedar namanya." Ranaya mengingat nama yang disebutkan Nadia tadi. "Oh, ya, lo juga. Araka Leon Axellez, nama lo mungkin singa ... tapi kelakuan lo kek setan!"
Araka menyemburkan tawanya. Ia tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya. Merasa geli melihat seekor tikus berteriak lantang di depannya. Melihat reaksi itu Ranaya mengernyit bingung. Lain halnya dengan Nadia yang sudah ketar-ketir di tempatnya.
"Mati lo, Nay! Singanya ketawa!" bisiknya panik.
"Ayo, Nad. Bisa gila gue lama-lama keterusan ketemu orang ini." Ranaya menarik tangan Nadia.
Nadia terpaksa mengikuti langkah cepat sahabatnya. Ia melirik takut-takut ke belakang. Ada Araka yang menatap kepergian mereka dengan senyuman penuh arti. Saat itulah ia merasa ludah adalah salah satu hal yang sulit ditelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY STARBOY ✓
RomanceVarrios, tim yang berdiri sejak tiga tahun yang lalu. Kini diambil alih kepemimpinannya oleh Araka. Sebuah tragedi menyeret semua personil mereka. Satu-persatu ... dengan segala ancaman dan misteri. Pengkhianat yang berkedok teman, dan musuh yang me...