27. My Boy

16.1K 1.5K 213
                                    

Tok! Tok! Tok!

"Iya sebentar!"

Dengan langkah cepat Aretta berjalan menuju pintu utama, untuk segera membukanya karena si pengetuk itu seolah ingin mendobrak pintu. Tidak sabaran, membuat Aretta jadi kesal sendiri karenanya.

Ia memutar gagang kunci, menarik knop pintu sampai dunia luar terlihat. Menampilkan wajah pahit sang adik juga raut semanis madu adik iparnya. Dua pasutri itu menampilkan ekspresi yang berbeda begitu pintu terbuka.

"Lama, ih!" Araka protes.

"Ya sabar, dong! Untung-untung dibukain. Kek rentenir aja lo marah-marah mulu," sungut Aretta membalik protesan adiknya.

Araka mendengkus malas, melangkah masuk ke dalam rumah tanpa repot-repot membalas ucapan sang kakak.

Aretta merasa heran, ia lantas bertanya pada Ranaya. "Tuh, anak kenapa, sih? Dateng-dateng langsung nyeruduk."

Ranaya bergidik bahu. "Lagi capek, mungkin."

"Dih, lebay! Ya udah, lo masuk dulu." Aretta mempersilahkan, membuka pintu lebih lebar untuk Ranaya masuk. "Kalian dari mana aja? Jam segini baru pulang."

"Abis nyari ini."

Ranaya memperlihatkan boneka badak yang dipeluknya.

"Keliling nyari badak yang aku mau gak ketemu-ketemu, ya udah beli bonekanya aja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Keliling nyari badak yang aku mau gak ketemu-ketemu, ya udah beli bonekanya aja."

Aretta terkekeh kecil, kini ia mengerti. "Ngidam yang aneh lagi?"

"Iya, hehe." Ranaya menyengir manis. Nampak sama sekali tak berdosa telah membuat suaminya nyaris gila karena permintaan anehnya.

Aretta mengajak Ranaya duduk bersama di sofa ruang keluarga. Di meja, tersebar beberapa lembar contoh undangan pernikahan. Aretta tengah sibuk memilah-milah kartu undangan untuk pernikahannya yang akan digelar sebentar lagi.

"Menurut lo bagusan yang mana? Gue bingung, nih, desainnya bagus-bagus semua." Aretta meminta pendapat. Mengambil beberapa contoh undangan untuk diperlihatkan pada Ranaya.

Ranaya ikut melihat-lihat sambil mendekap bonekanya. Semua contoh undangan yang ditunjukkan Aretta rata-rata didesain modern dengan nuansa gold glitter. Terkesan mewah, berkelas, elegan, sekaligus klasik.

"Menurut aku semuanya bagus," jawab Ranaya pada akhirnya, mengulik beberapa contoh yang menurutnya lumayan.

"Garda juga bilang gitu, makanya gue yang disuruh milihin."

Ranaya tersenyum jahil sambil menyindir. "Udah milih desain undangan aja, emang beneran mau nikah tahun ini?"

"Em," Aretta meliriknya malu-malu, dengan wajah merona dia mengangguk. "Mudah-mudahan tahun ini. Garda udah selesai skripsi soalnya, gue juga udah tinggal sidang. Tinggal nunggu wisuda selesai, baru bisa gelar acara. Papa bilang kita boleh nikah setelah kita lulus, makanya ... kita mau siapin semuanya dari sekarang. Pelan-pelan tapi pasti. Biar gak buru-buru amat pas hari-H. Garda bilang konsep pernikahannya boleh terserah gue, makanya gue yang sibuk ngatur semuanya."

MY STARBOY ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang