BAB 14 - Financial

2.3K 634 38
                                    

Pagi-pagi sekali, Alex keluar dari dalam kamar mandinya. Ia kemudian duduk di tepi kasur asramanya, meraih ponsel dari atas meja dan membuka tagihan sekolah lewat aplikasi khusus  sekolahnya.

Bagaimana pun juga hari ini ia harus membayar uang bulanan, dikarenakan sudah hampir tiga bulan pemuda itu belum membayarnya.

Tidak mungkinkan Alex berharap kepada bocah-bocah semalam?

Lagipula Alex tidak mengenali mereka. Ia juga bingung mengapa mereka mengetahui tentangnya yang sering keluar malam meninggalkan asrama.

Memikirkannya saja membuat Alex pusing karena keheranan. Pemuda berambut coklat gelap itu kemudian memasukkan data siswanya, setelah itu muncul lah pemberitahuan dari pihak sekolah tentang tagihan bulanannya.

"Loh?"

Alex mengernyit heran, ia menatap ponselnya dengan tidak percaya. Berulang kali ia membaca sebuah kalimat yang tertera di layar ponselnya.

Di sana tertera, jika Alex sudah membayar uang bulanannya.

"Ma--maksudnya, i--ini... gue udah bayar semuanya?!"

Sekali lagi Alex menatap layar ponselnya tidak percaya. Mata dan mulutnya terbuka lebar, sangat terkejut dengan kenyataan yang baru saja dihadapinya.

"Sumpah?!"

"Lo kenapa sih, bule? Berisik amat dari tadi."

Pertanyaan itu membuat Alex mendongakkan kepalanya, ia mendapati seorang pemuda berbadan kurus yang sudah siap dengan seragam  sekolahnya.

"Bukannya pake seragam malah ngomong-ngomong enggak jelas," dengus teman sekamarnya Alex seraya meraih tas sekolahnya yang tergeletak di atas kasur, "gue berangkat duluan, deh. Biar lo enggak malu kalau ngomong sendirian." Ujarnya seraya berlalu pergi.

Alex hanya bisa menatap kepergiannya dengan  tidak peduli, kini netranya kembali menatap aplikasi.

"Jadi yang semalam itu bener?!"

"Mereka bayarin gue apa gimana?"

"Emangnya mereka anak sultan?"

"Gue udah enggak bayar selama tiga bulan dan itu biayanya gede banget. Enggak mungkin bocah-bocah itu pake uangnya buat bantuin gue 'kan?"

"Kalau gini caranya, otomatis gue punya hutang sama mereka?"

Alex masih terus bertanya kepada dirinya sendiri tentang apa yang terjadi. Untung saja di kamar ini hanya ada dia seorang diri. Jika ada orang lain yang bersamanya, mungkin mereka sudah menganggap jika Alex adalah salah satu orang gila yang ada di bumi ini.

"Enggak bisa gini," Alex bangkit berdiri, "gue harus temuin mereka sekarang."




▪▪▪





"Jadi, misi kalian terselesaikan hanya dalam satu malam, ya?"

Rion menganggukkan kepalanya dengan bangga, ia duduk sembari menatap miss Sekar yang ada di seberangnya.

"Udah Rion bilang, ini misinya sangat mudah, miss." Ucap pemuda berkulit putih itu dengan percaya diri.

Lingga dan Carla menoleh ke arah Rion dengan tatapan mencela, bisa-bisanya ia berkata seperti itu padahal misi tersebut belum terselesaikan sepenuhnya.

"Belum terselesaikan miss, kami belum membuat laporannya." Ucap Carla setelah melirik Rion dengan sinis.

Saat ini tim LRC sedang berada di ruangannya miss Sekar. Ruangannya terasa sepi dan sunyi dikarenakan ini merupakan ruangan yang kedap suara. Sehingga, tidak akan ada orang yang bisa mendengar percakapan mereka dari luar sana.

What's Wrong With Selion? (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang