"Gillen, beliin ibu garam sana. Garamnya abis nih, ibu mau masak!"
Seruan itu membuat Gillen yang sedang melukis di dalam kamarnya menoleh ke arah pintu kamar yang tertutup.
Menghela napas panjang, akhirnya pemuda yang hanya memakai celana pendek dan kaus hitam itupun bangkit dari duduknya dan meninggalkan kanvas berisi lukisan di depannya.
Ia hampir saja menyelesaikan satu lukisannya, namun mau bagaimanapun juga, perintah ibu negara adalah yang paling utama.
"Uangnya di atas meja!"
Seruan ibu Gillen kembali terdengar membuat Gillen meraih jaket dan berjalan menuju keluar kamarnya.
"Pake uang Gillen aja, bu. Itu lagi masak apa emang?" Tanya Gillen sambil menutup pintu kamarnya.
Pemuda tinggi itu menghampiri ibunya yang ada di dapur.
"Masak rendang. Nanti kita makan sama-sama." Ujar sang ibu yang sedang mengambil centong nasi.
Jadi barusan, ibunya itu berseru dari arah dapur, dan kamar Gillen terletak di sebelahnya. Sehingga sudah dipastikan seruan ibunya langsung terdengar.
"Kamu lagi ngapain? Belajar?" Tanya sang ibu yang kali ini menoleh ke arah Gillen yang berdiri di depan meja bar.
"Ngelukis doang, bu. Ngapain belajar? Bosen." Celetuknya membuat centong nasi yang sedang di pegang ibu itu mendarat di kepalanya Gillen.
Gillen tentu saja meringis, ia mengusap-ngusap kepalanya yang malang.
"Belajar itu wajib, jangan bilang bosen!" Pelotot wanita cantik yang matanya sangat mirip dengan Gillen itu.
"Lagian sekarang enggak zaman belajar, sekarang zaman-zamannya ngejalanin misi tau, bu." Kata Gillen membela diri.
"Nah, kamu harus banyak belajar dari misi yang tim kamu jalani," balas sang ibu, "jangan ngejalanin misi doang, tapi kamu juga harus bisa ngambil pelajaran dari misi itu." Nasehatnya membuat Gillen manggut-manggut.
"Iya ibura." Balasnya.
"Ibura apa?!"
"Ibu negara yang Gillen cinta." Jawab Gillen sambil cengengesan, pemuda itu kemudian mulai pergi meninggalkan dapur dan berjalan keluar rumah.
Setelah membuka pintu rumahnya, Gillen menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskannya.
Malam ini cuacanya cukup cerah namun hawanya cukup dingin, sehingga Gillen pun memakai kupluk jaketnya sambil berjalan menuju warung yang tidak terlalu jauh dari rumahnya.
Sesampainya di warung yang sepi, Gillen pun mulai membeli garam yang ibunya pesan. Setelah membayar, ia pun pulang lagi ke rumahnya.
Namun mata pemuda tersebut tiba-tiba menangkap sesosok gadis yang memakai dress santai selutut berjalan di depannya sambil menenteng sebuah kantung plastik.
Alis Gillen terangkat satu.
"Wah, enggak baik nih cewek jalan sendiri di malem gini." Gumam Gillen.
Gillen kemudian hendak menghampiri gadis yang rambutnya diikat kuda itu. Ia ingin menemaninya agar tidak jalan sendiri. Sebagai seorang pemuda yang baik hati, tentu saja Gillen tidak akan membiarkan seorang gadis berjalan sendiri tanpa ditemani.
Tetapi gadis yang rambutnya diikat kuda itu malah berbelok menuju sebuah gang membuat Gillen berhenti di depan gang yang cukup lebar tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
What's Wrong With Selion? (COMPLETE)
AdventureSequel Selion High School. (Bisa dibaca secara terpisah) Semenjak kejadian beberapa tahun yang lalu, kini Selion High School penuh dengan hal-hal yang baru. Cassie kira, di generasi anak-anaknya semua akan baik-baik saja, karena hal-hal buruk sudah...