BAB 25 - Effect

2.2K 530 44
                                    

"Kumpul di aula utama sekarang."

Setelah mengatakan kalimat itu, Edgar Aleno berjalan menuju bangkunya, pemuda berkacamata tersebut kemudian membenarkan letak buku di atas mejanya yang sedikit miring.

Edgar mendengus melihat keadaan kelas yang dimana bangku dan alat tulis teman sekelasnya itu terlihat cukup berantakan. Rasanya gemas ingin membereskan benda-benda tersebut agar rapih kembali, namun sepertinya tidak ada waktu.

Sehingga yang Edgar lakukan hanyalah menghela napas sabar.

Murid-murid Golden Class kelas 11 yang sebagian besar sedang sibuk dengan aktivitas masing-masing itu kini menatap sang ketua angkatan dengan penuh tanya.

Bahkan Gillen yang sedang menidurkan kepalanya di atas meja itu langsung mendongak dengan wajah bantalnya.

"Ngapain?" Tanya Atlas yang sedang melihat-lihat buku sejarah tentang peradaban manusia.

Pemuda yang matanya selalu memancarkan kemalasan itu seolah tidak rela jika harus bangkit dari kursinya. Apalagi meninggalkan bacaan yang sedang seru-serunya.

"Ada pengumuman dari kepala sekolah." Jawab Edgar seadanya, ia mengambil pena dari tasnya, lalu berdiri tegak untuk menatap kesembilan murid Golden Class yang saat ini berada di dalam kelas.

Hari ini hanya tim LRC yang tidak ada, sehingga kelas hanya terdiri dari sembilan orang. Tim ALA sudah menyelesaikan misinya, sehingga hari ini mereka pun masuk sekolah seperti biasanya.

"Eh, tumben banget, "kata Ladian sembari memasukkan semua peralatannya ke dalam tas, "padahal gue mau ke kantin."

"Iya nih, gue juga lapar." Timpal Sendi sambil memegangi perut ratanya.

"Makan aja noh, buku." Celetuk Atlas yang sudah bangkit berdiri.

"Bisa-bisa langsung diare kalau makan buku." Balas Ladian sambil berjalan keluar kelas bersama Sendi.

Atlas menyusul di belakangnya.

"Ayok, cepetan! Jangan sampai telat. Yang lain udah pada ke sana."

Akhirnya kesembilan murid Golden Class kelas 11 mulai meninggalkan kelas ternyaman mereka. Termasuk Gillen yang harus diseret oleh Alix karena pemuda itu terlihat tidak bernyawa.

"Bangun, Len! Badan lo berat." Protes Alix yang saat ini sedang menggandeng tangannya Gillen.

Kepala pemuda berambut sedikit gondrong itu bersandar ke pundak sempitnya Alix. Tentu saja Alix yang badannya lebih kecil dari Gillen itu merasa keberatan.

"Asal lo tau, gue nguantuk buanget!" Racau Gillen yang kemudian merangkulkan tangannya ke pundak Alix dengan posisi kepala yang masih sama seperti sebelumnya.

Alix mendengus kesal, berusaha sabar untuk menghadapi Gillen yang sepertinya mengantuk berat karena telah begadang semalaman.

Sedari tadi, Ivana berjalan di belakang mereka dan merasa kasihan dengan Alix Lio Agatra karena Gillen menjadi bebannya.

Ivana pun mendengus sembari berjalan cepat, ia kemudian langsung menarik tangannya Gillen begitu saja, membawa pemuda itu untuk meninggalkan Alix.

"Seret aja, Na. Bawa dia ke danau Selion, ceburin!" Seru Alix yang melihat Ivana menyeret Gillen dengan paksa.

Ivana hanya mengacungkan jempolnya. Ia kemudian menyentil kepalanya Gillen.

"Bangun kalau enggak mau gue ceburin ke danau!" Ancam Ivana yang sudah seperti menyeret mayat hidup.

Gillen menguap lebar sampai matanya berair. Pemuda tinggi tersebut lantas langsung merangkulkan tangan beratnya ke pundak Ivana.

"Lo tau, semalem gue liat hal yang menarik." Kata Gillen sedikit berbisik.

What's Wrong With Selion? (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang