BAB 50 - F*ck The Rules

2K 557 208
                                    

Makasih vote dan komentar di part sebelumnya! Bener-bener bikin semangat aku jadi wuusshhh naik↗
Jangan lupa ramein part ini juga ya!
Happy Reading!









▪▪▪

Sendi turun dari dalam sebuah mobil dengan badan yang sedikit bergetar. Wajah imut pemuda itu sudah pucat pasi, keringat dingin perlahan-lahan  mengucur di wajah dan lehernya.

Saat ini Sendi sudah sampai di penginapan, di dekat pintu masuk gedung penginapan sana sudah ada bu Salma dan Bimo yang sedang menunggunya.

Tak hanya itu, di sana pun ada pengawas yang bertugas untuk memeriksa peralatan yang peserta olimpiade bawa.

Jelas, sekarang Sendi merasa panik dan juga takut. Pasalnya, di dalam tas yang saat ini di gendongnya terdapat sebuah barang haram yang tidak boleh dia bawa apalagi konsumsi. Atari benar-benar menyuruh Sendi untuk masuk ke dalam penginapan dengan membawa narkotika tersebut.

Sendi tahu, rencana gadis itu adalah  menjatuhkannya. Atari menyuruh Sendi membawa barang tersebut ke penginapan agar ketahuan saat ada pemeriksaan.

Kalau begini caranya, bukan hanya nama Sendi yang akan tercoreng, melainkan nama sekolahnya pun pasti akan ikut terbawa.

Sendi bimbang, pemuda yang saat ini berjalan dengan pelan menuju pintu masuk itu benar-benar dilanda kecemasan.

Dari arah parkiran, lebih tepatnya dari dalam sebuah mobil sedan abu-abu, Atari sedang mengawasi dengan senjata apinya. Sekali saja Sendi salah langkah, Atari bisa saja menarik pelatuknya sehingga peluru mungkin saja  menembus tubuhnya.

"Sendi, cepetan! Mikirin apa sih? Ada yang ketinggalan?" Tanya Bimo ketika Sendi sudah hampir sampai ke dekatnya.

Sendi memaksakan senyumannya, pemuda itu lalu menggelengkan kepalanya.

Bu Salma menepuk pundaknya, "pak Ahman-nya kemana?" Tanyanya.

Sendi tidak tahu harus menjawab apa. Karena sesungguhnya, saat ini orang yang seharusnya menjemput Sendi sedang tertidur di dalam mobilnya yang entah ada dimana.

Ya, Atari memberikan obat tidur kepada supir yang akan menjemput Sendi.

Bagaimana Sendi bisa tahu? Itu karena, pemuda tersebut menemukan sebuah obat tidur di dalam mobilnya Atari. Sehingga Sendi bisa menyimpulkannya seperti itu.

"Ta—tadi... pak Ahman izin langsung pulang karena ada keperluan." Jawab Sendi akhirnya.

Bu Salma pun menganggukkan kepalanya. Kemudian wanita paruh baya berkacamata itu menepuk pundaknya Bimo, "sana pemeriksaan dulu." Perintahnya.

Bimo mengangguk, dia orang pertama yang berjalan menghampiri pengawas untuk diperiksa. Sedangkan Sendi masih diam di tempatnya, pemuda itu sedang berpikir menggunakan otak kecilnya.

Apa yang harus dia lakukan sekarang? Apakah dia harus memberitahu bu Salma apa yang sebenarnya terjadi?

Sendi menggelengkan kepalanya, tidak bisa.

Di sana Atari masih mengawasinya, gadis itu benar-benar tidak pindah dari posisinya dan masih memegang senjata api yang dia bawa.

Sekali lagi, Sendi takut Atari menarik pelatuknya.
Sehingga ia tidak bisa melakukan apa-apa.

"Selanjutnya, Sendi,"

Panggilan itu membuat Sendi menelan salivanya. Dia tidak beranjak dan masih diam sehingga membuat bu Salma menatapnya heran.

What's Wrong With Selion? (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang