MARI RAMAIKAN CHAPTER INI!
HAPPY READING!
▪▪▪
Gadis manis berambut sebahu yang memiliki poni rata itu sedang mondar-mandir seperti sebuah setrikaan di dalam sebuah ruangan. Sesekali dia menggigit kuku-kukunya untuk mengetahui apa yang ingin pikirannya sampaikan.
Hal itu sudah berlangsung selama hampir dua puluh menit setelah makan siang diberikan. Membuat Zairen yang sedang rebahan sambil menatap langit-langit ruangan itu bosan sendiri melihat tingkah Carla yang tidak berhenti sedari tadi.
Akhirnya Zairen bangkit, dia duduk bersila di atas brankar dan menatap Carla. "Kalau kebelet BAB ke toilet aja sana. Tuh tempatnya," ia menunjuk sebuah pintu yang merupakan pintu masuk toilet menggunakan dagunya.
"Pikiran gue mengatakan kalau enggak lama lagi, kita berdua bakalan di bawa pergi." Gumam Carla mengabaikan ucapannya Zairen, gadis itu masih melakukan aktivitasnya.
Zairen menghela napas sabarnya. Dia menyerah, padahal belum berusaha untuk menghentikan Carla dengan susah payah. Lagipula, teguran sekali mana mempan untuk orang yang sedang banyak pikiran.
"Orangtua emang gitu, ya. Pendengarannya mulai kurang." Gerutu Zairen membuat Carla langsung meliriknya dengan tatapan tajam.
"Gue bukan orangtua, ya!" Protesnya tidak terima.
Zairen mengangkat bahunya tidak peduli. Dia kembali rebahan sambil menunggu keajaiban. Siapa tahu tiba-tiba ada orang yang akan memberikan pertolongan.
Carla gemas sendiri dengan pemuda si pemilik manik abu-abu itu. Dia terlihat sangat pasrah dengan keadaan, seakan-akan tidak mau berjuang untuk meraih kebebasan.
Akhirnya Carla menghampiri Zairen, lalu menarik tangan pemuda itu dengan paksaan, "bangkit coba, bantuin gue pikirin cara biar bisa pergi dari sini!" Omelnya.
Zairen berdecak malas, "tungguin aja, nanti juga ada yang nolongin," Zairen menjeda kalimatnya, "mungkin." Sambungnya.
Carla menggoncangkan bahunya Zairen dengan greget, "lo jadi manusia punya semangat hidup enggak sih?!"
"Gak."
"Lo tuh masih muda! Kalau gini caranya, lo yang sebenarnya mirip sama orangtua!" Cerocos Carla seraya menurunkan tangannya. Karena tiba-tiba saja ia merasakan nyeri di tangannya ketika menggoncang bahunya Zairen lebih lama.
Akhirnya Carla hanya bisa menatap Zairen dengan tatapan jengkel. Dia sebenernya heran, bagaimana bisa ada manusia sejenis Zairen yang terlihat sangat malas untuk beraktivitas.
Carla juga heran, kok bisa dia mempunyai kemampuan tahan terhadap rasa sakit sedangkan kerjaannya hanyalah malas-malasan. Padahalkan biasanya orang yang seperti itu, staminanya cukup kurang.
"Ah, gue lapar."
Carla melotot, "lo baru aja makan, Zairen!"
Ucapan Carla memang benar. Jika mereka berdua baru saja selesai makan. Meskipun statusnya di sini mereka itu tawanan, mereka tetap di beri makan agar tidak kelaparan. Menu makanannya pun tidak sembarangan, mereka benar-benar diberi menu makanan restoran.
Hampir setengah jam yang lalu, ada pelayan yang datang ke ruangan ini untuk mengantarkan makanan. Namun, yang mengantarkan bukanlah seorang manusia, melainkan sebuah robot yang bentukannya hampir mirip seperti manusia.
KAMU SEDANG MEMBACA
What's Wrong With Selion? (COMPLETE)
AdventureSequel Selion High School. (Bisa dibaca secara terpisah) Semenjak kejadian beberapa tahun yang lalu, kini Selion High School penuh dengan hal-hal yang baru. Cassie kira, di generasi anak-anaknya semua akan baik-baik saja, karena hal-hal buruk sudah...