BAB 32 - Pain?

2.5K 546 74
                                    

"Darimana saja kamu, Atari?"

Langkahnya terhenti, membuat pria paruh baya yang berada di ruang makan itu menelitinya dari atas kepala hingga ujung kaki.

Gadis cantik yang baru saja datang itu tidak merasa gugup sama sekali, ia justru menampilkan senyuman percaya diri.

"Jalan-jalan sama teman." Jawab Atari.

Senyuman tidak hilang dari wajah cantiknya. Gadis yang masih memakai seragam sekolahnya itu berjalan menuju ruang makan, menarik salah satu kursi lalu duduk di sana dengan santainya.

"Jalan-jalan? Dan kamu baru pulang sekarang?" Tanya pria paruh baya yang sedang memegang cangkir tehnya.

Atari mengangguk tanpa ragu.

"Kamu ini sering sekali keluar malam. Bukannya belajar malah berkeliaran."

"Waktu belajar aku udah cukup kok, Yah."

"Cukup darimananya? Kamu aja enggak bisa masuk Golden Class di sekolah. Padahal ayah sudah berusaha, namun kamu tetap di tolak. Itu artinya Golden Class membutuhkan orang yang benar-benar mempunyai kepintaran dan juga kecerdasan. Dan kamu masih kurang sehingga tidak layak untuk masuk ke sana." Tutur pria paruh baya bernama Gata, ia lalu menyeruput tehnya.

Aktivitas itu hanya untuk menjeda kalimatnya, karena seteleh menyeruput teh hangat tersebut, Gata pun melanjutkan ceramahannya.

"Contoh tuh, Mega. Dia sudah masuk Golden Class dan dia tidak perlu mengkhawatirkan soal masa depannya."

Atari membisu di tempatnya. Senyuman penuh percaya diri yang sebelumnya di tampilkan kian menghilang, tergantikan oleh emosi yang tertahan.

Gadis cantik berambut hitam panjang dan lurus itu memperhatikan sendok dan juga garpu yang terletak di atas meja. Ia sedang berusaha untuk menghindari kontak mata dengan ayahnya yang terlihat ingin menelannya.

"Ayah dengar sebentar lagi akan diadakan olimpiade matematika. Apakah kamu menjadi pesertanya?" Tanya Gata lagi.

Kepala Atari menggeleng, "aku enggak terpilih."

Gata menatap Atari tidak percaya, "kenapa?!"

"Orang lain sudah mengambilnya."

"Hei! Bukankah kamu lebih layak? Saat di Jepang, kamu 'kan mendapatkan juara satu. Kenapa sekolah tidak memilih murid terbaik seperti kamu?!" Gata terlihat marah, ia bahkan menggenggam gelas tehnya dengan erat.

"Itu karena, orang yang terpilih sudah mengikuti berbagai tes sebelumnya. Sehingga ia tidak bisa digantikan."

"Siapa dia?"

"Sendi Riandi dari Golden Class."

"Apa yang ayah bilang! Kamu ini harus masuk Golden Class agar mendapatkan hak itu juga!" Ayah Atari semakin emosi, "kamu ini kurang berusaha atau apa sih? Masa tidak bisa mengikuti perlombaan itu lagi? Apa dia benar-benar tidak bisa di ganti?"

Atari menggelengkan kepalanya, membuat Gata menggeram kesal di tempatnya.

"Masuk kamar! Jangan keluar dan terus belajar!"

Perintah Gata langsung Atari turuti, gadis yang sebelumnya terlihat ceria itu kini menampilkan ekspresi dinginnya.  Dengan gontai ia berjalan menaiki tangga untuk menghampiri kamarnya.

Ketika di tangga ia berpapasan dengan gadis berambut gelombang yang sedang mencepol rambutnya. Atari melewatinya begitu saja, seolah-olah tidak melihat kehadiran gadis bernama Mega.

Mega terdiam di tempatnya, ia memperhatikan Atari yang masuk ke dalam kamarnya dengan pintu yang di banting keras.

Mega menoleh ke bawah untuk menatap seorang pria paruh baya yang masih bersantai di ruang makan sambil menikmati tehnya.

What's Wrong With Selion? (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang