Gillen dan Edgar sedang berjalan menyusuri koridor gedung Golden Class untuk menghampiri kelas sepuluh yang letaknya tidak terlalu jauh dengan kelasnya.
Sesampainya di sana, dari jendela kelas mereka tidak melihat ada seorang guru yang sedang mengajar di dalamnya. Sehingga Edgar pun mengetuk pintu kelas itu tanpa rasa ragu.
Seorang pemuda yang Edgar ketahui bernama Zaki dan menjabat sebagai ketua angkatan Golden Class kelas sepuluh itu membuka pintu kelas yang tertutup.
"Eh? Kak Edgar, kak Gillen. Ada apa kak?" Tanya Zaki dengan sopan.
"Ada Ziora?"
"Ziora?" Ulang Zaki.
Edgar dan Gillen menganggukkan kepalanya secara bersamaan.
"Sebentar kak," Zaki pun berbalik untuk menghadap ke dalam kelas. "Zi! Lo dipanggil nih!" Serunya.
Edgar dan Gillen dapat melihat seorang gadis dengan rambut pendek yang cantik sedang menulis di bukunya, ia terlihat tersentak kaget ketika Zaki memanggilnya tiba-tiba.
Tak berselang lama, gadis mungil bernama Ziora itu akhirnya bangkit dari duduknya dan berjalan menghampiri pintu kelas.
"Ada apa, ya?" Tanya gadis manis bernama Ziora begitu sudah berdiri di sampingnya Zaki. Gadis itu nampak gugup dan juga bingung.
"Bisa ngobrol sebentar?" Tanya Edgar, "enggak lagi sibuk 'kan?"
Ziora melirik Zaki sekilas. Teman sekelasnya itu mengangguk, memberikan Ziora izin untuk pergi bersama dua seniornya. Akhirnya Ziora pun ikut menganggukkan kepalanya, "boleh kak."
Setelah itu, pemuda bernama Zaki masuk kembali ke dalam kelasnya. Sebelumnya ia berpamitan kepada Edgar dan juga Gillen. Kini hanya ada mereka bertiga di depan kelas, Edgar dan Gillen mengajak Ziora untuk berjalan ke koridor dekat loker yang sangat sepi.
Ziora merasa canggung ketika berhadapan dengan kakak kelasnya itu. Apalagi ini adalah pertama kalinya ia berinteraksi dengan seniornya.
"Nama lo beneran Ziora 'kan?" Kali ini Gillen yang bertanya.
"Iya, kak. Ziora Senja Riani."
Gillen menganggukkan kepalanya.
"Ada hal yang mau kita tanyain ke lo," kata Edgar. "Kemarin waktu murid Golden Class kumpul di aula, lo ada dimana?" Tanyanya langsung.
Ziora tertegun, ia merapatkan bibirnya. Gadis yang terlihat mungil karena diapit oleh dua pemuda tinggi itu terlihat gugup ketika mendengar pertanyaan yang Edgar ajukan, membuat Edgar yang berdiri di depannya itu benar-benar menatap Ziora dengan intens.
"Jawab aja, enggak pa-pa kok." Kata Gillen, "tapi jangan bohong, Edgar peka soalnya." Lanjutnya.
Ziora memalingkan tatapan matanya ke arah lain, ia bergumam sebentar sebelum menjawab, "gu--gue pergi ke cafe, kak."
"Lo liat sesuatu 'kan waktu pulang dari sana? Lebih tepatnya, lo liat kejadian di danau Selion?" Tanya Edgar membuat Ziora mematung.
Ziora tidak langsung menjawab, gadis itu diam. Ia seperti tidak berani untuk mengeluarkan suaranya kembali. Raut wajahnya pun berubah menjadi sedikit panik dan juga khawatir.
"Kita enggak bakal apa-apain lo kok, dek. Kita cuman mau menggali informasi tentang kejadian kemarin. Kalau lo tahu sesuatu, beritahu kami." Ujar Gillen dengan nada bicara yang menenangkan.
Pemuda yang rambutnya gondrong itu menatap Ziora dengan tatapan bersahabat. Tidak seperti Edgar yang terlihat cukup mengintimidasi.
"A--anu... waktu gue pulang dari cafe, gue enggak sengaja lewat danau dan ketemu kucing di sana. Kucing itu nyamperin gue dan dia nunjukin sikap kalau ada sesuatu yang aneh di jembatan. Awalnya gue enggak terlalu peduli karena mau buru-buru pergi ke aula buat ikut kumpulan," Ziora memulai ceritanya, dari ekspresinya ia seperti tidak tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
What's Wrong With Selion? (COMPLETE)
AdventureSequel Selion High School. (Bisa dibaca secara terpisah) Semenjak kejadian beberapa tahun yang lalu, kini Selion High School penuh dengan hal-hal yang baru. Cassie kira, di generasi anak-anaknya semua akan baik-baik saja, karena hal-hal buruk sudah...