Ketakutannya tampak tidak masuk akal. Padahal, dia selalu bermimpi untuk bertemu protagonis, tetapi pada akhirnya ketika itu benar-benar terjadi, dia malah melarikan diri.
Mungkin jika dia tidak menyadari pengaruh Dewa atau keberadaan tertentu yang mengendalikannya seperti boneka lebih daripada Willbert, maka dia akan bersedia untuk terus bersama protagonis dan membantunya secara langsung.
Pikirannya juga sedang kacau saat ini sehingga dia mudah dimanipulasi. Ketika dia merasa telah menemukan tempat yang aman, yaitu di gua es bawah tanah, dia berhenti untuk beristirahat sejenak.
"Lapar ...," gumamnya sedih, dia mendambakan darah, nalurinya sebagai Chimera telah menyiksa mentalnya.
"Apa aku melakukan hal yang benar dengan membebaskan Rui lebih awal? Itu aneh, kenapa Dewa tidak menghalangiku sepertinya biasanya," ragunya sambil mengingat upayanya untuk mengubah banyak hal di masa lalu yang gagal.
Lantas, mengapa dia berhasil menyelamatkan Rui lebih awal, itu justru mengguncang plot utama, apakah itu karena Rui adalah protagonis? Cahaya cemerlang dari protagonis yang bahkan tak bisa dilawan oleh Dewa?
"Mungkin aku seharusnya tidak perlu melarikan diri darinya, kan."
Yoo Han, tidak, Cail, baru tersadar bahwa dia telah meninggalkan jubahnya. Bukan itu, dia ingat bahwa dia sepertinya dipengaruhi sesuatu sehingga sengaja melepaskan jubahnya yang sangat penting itu.
"Ini ...."
Matanya bergetar, dia langsung tahu siapa yang mempengaruhinya tanpa dia sadari itu, pasti sang protagonis Rui.
Pakaian hitamnya tidak memiliki fungsi yang sama dengan jubahnya yang dapat menekan [Monster Aura] yang terkadang keluar secara pasif. Dia takut jika auranya di luar kendali seperti saat dia membunuh orang-orang yang harus dia bunuh karena perintah dari Willbert.
Deg!
Pada saat itu, jantungnya berdetak kencang, rasa nyeri menyebar hingga dia mencapai realisasi baru, ada sesuatu yang aneh dari lingkungan sekitarnya sekarang yang dapat mempengaruhi Chimera.
"Cail de Castalia? Tidak, sepertinya kau bukan Cail," celetuk seseorang yang datang dari lorong seberang gua bawah tanah.
Orang tersebut menampakkan diri ke sisi cahaya di gua es bawah tanah yang diterangi oleh kristal biru. Dengan tuksedo rapi, topi bundar, dan kacamata berbingkai perak, serta tas koper warna putih di tangan kirinya, pria itu merupakan gambaran sempurna dari tokoh pada abad pertengahan Eropa yang diketahui Cail.
Dia terkejut bahwa dunia ini memiliki sisi kuno yang mirip dengan dunianya sebelumnya. Namun, lebih dari itu, dia meningkatkan kewaspadaannya karena naluri Chimera-nya takut pada pria tersebut, juga dia mendengar sesuatu yang seharusnya hanya diketahui oleh dirinya sendiri.
"Siapa kau?" tanya pria itu sambil berjalan mendekatinya dengan langkah santai, suaranya bergema keras bersamaan dengan pantulan bayangannya di batu-batu kristal biru yang memenuhi seisi gua.
Cail tidak mau menjawabnya sama sekali, kakinya secara alami bergerak menjauh menuju dinding es di belakangnya. Ekspresinya yang kaku dan waspada membuat pria itu berhenti di tengah langkahnya.
"Apakah kau takut padaku?" lanjut pria itu sambil menunjuk dirinya sendiri dengan senyum tipis.
Setelah jarak di antara mereka semakin dekat, Cail memperhatikan warna mata pria itu yang unik. Biru sapphire cemerlang dan memiliki kesan menyedot jiwa siapapun yang menatapnya.
Raut muka Cail berubah aneh, dia merasakan "ikatan" misterius itu lagi. Bertanya-tanya apakah itu bukan khusus untuk protagonis Rui? Lantas, siapa pula pria di depannya ini? Apa hubungannya dengannya? Dia sama sekali tidak mengenalnya!
KAMU SEDANG MEMBACA
Kebahagiaan Protagonis
FantasyKarya Original, bukan fanfic atau terjemahan! Cover dari Canva *** Protagonis novel "Ways of Heroes" tidak mendapatkan jawaban atas ketidakbahagiaannya sampai akhir, sebagai pembaca berat novel tersebut, Yoo Han benar-benar berharap dia bisa memban...