Chapter 20 : Dimensi Rahasia

561 126 12
                                    

Cail terengah-engah meski dia tidak berlari, ketakutan tumbuh jauh di lubuk hatinya, terlebih setelah Gurunya pergi entah ke mana dengan wanita berjubah putih yang pasti ada di level yang sama, setengah dewa, itu berarti tamu terhormat yang dibicarakan Old Leo memang wanita itu.

'Penyusun hukum di sini? Apa hubungan wanita itu dengan Baron Palle?' Tak ada catatan dan penjelasan dari novel, Cail dalam kebingungan total mengenai perbincangan mereka tentang dimensi rahasia. 'Dimensi rahasia manakah yang mereka tuju?'

Dia bergegas menuju penginapan. Akan tetapi, langkahnya terhenti saat sebuah pemikiran menghantuinya.

'Guruku ada di sini, dia pasti tahu aku juga ada di sini. Akan bodoh jika aku menganggap sebaliknya. Lalu, jika protagonis bersamaku, itu akan membahayakannya. Dia belum terlalu beradaptasi dengan dunia ini, walaupun kekuatannya terjamin agar dia tidak mati.'

Maka, pilihan pertama adalah melarikan diri, tetapi itu tampak konyol karena dia tidak menerima izin Administrator. Kemudian, pilihan kedua adalah bersama protagonis untuk bersama-sama pergi dari desa ini sebelum Willbert memanggilnya. Ketiga, pilihan terakhirnya adalah menemui Gurunya, Willbert, dan bergabung bersamanya dalam apa yang mungkin menjadi penjelajahan dimensi rahasia.

Cail sangat cocok dijadikan umpan meriam. Gurunya justru akan senang jika dia menawarkan diri sendiri, daripada ditarik tali kekangnya.

Pilihan kedua bukannya tidak bisa dijalankan, Cail hanya tidak mau membebani Rui untuk saat ini. Pada saat selanjutnya, dia mengambil keputusan.

Dia berbalik arah ke toko perlengkapan dan membeli kertas dan amplop serta pena bulu dan sebotol tinta kecil, Cail menulis lokasi Artefak Terkuat di Kota Aeris yang hendak dia temukan. Dia menyerahkannya ke Rui sebagai hadiah perpisahan.

Kalimat terakhirnya berbunyi :

[Artefak itu akan sangat membantumu, dan aku yakin kau akan baik-baik saja. Selamat tinggal. Tolong jangan mencariku, itu hanya akan mempersulit hidupku.]

"Kupikir ini lebih cepat daripada yang kukira." Cail mencari porter anak-anak lokal yang membayar mereka untuk mengantar surat ke kamar penginapan Rui. Setelah itu, Cail membeli jubah dan pakaian baru dan membakar pakaian lamanya.

Setiap jejaknya dihilangkan. Jubah hitam yang umum menutupi seluruh tubuhnya tanpa kecuali, bahkan matanya, hanya hidung dan mulutnya yang terlihat mengintip. Namun, itu bukan masalah, indera lainnya selain mata juga termasuk persepsi seperti halnya kelelawar.

Baginya hal tersebut juga adalah pilihannya agar tidak perlu menatap wajah siapapun.

Cahaya terik berangsur-angsur memudar menjadi bayangan kemerahan ilusi, waktu di dunia ini lebih cepat berlalu dibandingkan dunianya sebelumnya.

Di sudut sebuah gang kosong dekat kantor Administrator, Cail melirik sekilas ke penginapan di seberang sebelum berubah menjadi Wraith dan menekan tanda segel guratan merah mata dalam jeruji di lehernya. Tanda itu muncul ketika dia ingin berteleportasi tanpa membuang waktu ke tempat Gurunya di manapun dia berada.

Sosoknya terhapus sedikit demi sedikit dan lenyap sepenuhnya.

***

Di kamar penginapan. Rui menatap kosong ke surat di tangannya, lalu bergumam tak percaya, "Aku membiarkannya sebentar dan dia sudah menghilang begitu cepat?!" Nadanya diisi oleh kejengkelan dan kekecewaan.

Rui mencoba merasakan sisa jejaknya, namun itu sia-sia seolah ada lapisan penghalang menyeramkan yang menahannya. Sesuatu semacam itu tidak ada sebelumnya, ini memberitahu Rui bahwa Cail tidak pergi dengan sukarela. Dan itu berarti paksaan atau tidak ada pilihan lain.

Rui mengetuk-ngetuk meja dengan irama cepat dengan ujung jarinya, dia bergumam lagi, "Dua orang kuat tadi sepertinya ada hubungannya dengan dia menghilang tiba-tiba." Rui mendeteksi kemunculan dua setengah dewa yang melayang di atas Desa Palle, dan dia juga menyimpan fitur mereka di memori jiwanya.

Rui berdiri lalu merubah penampilannya perlahan, asap ilusi gelap menyebar di ruangan. Jubah panjang biru tua seperti pendeta berdesir, dan anak kecil Rui telah menghilang dan digantikan pria dewasa dengan paras yang hampir sama.

Dia menggerakkan lehernya ke kanan-kiri untuk peregangan, Observer Eye-nya yang memiliki simbol waktu berputar. Ada celah di sisi kirinya berbentuk abu-abu keperakan, tangan kanannya menjangkau ke arah celah, waktu seakan melambat dan jarum-jarum jam di seluruh desa melompat mundur.

Gonggg!

Denting lonceng ilusi besar bergema dan sosok Rui masuk ke celah yang terbuka lebar. Dia mengerahkan lebih dari separuh energinya untuk ini, jelas itu hal yang dia pertaruhkan demi menerobos batasan Desa Palle serta menemukan 'dua setengah dewa itu' dan juga Cail.

***

Di dimensi rahasia yang berlatar kastil hitam besar dan aura yang tidak menyenangkan merasuki setiap jiwa makhluk hidup, orang kecil berjubah hitam membungkuk di depan pria paruh baya yang mengenakan mantel panjang putih sama dengan wanita di sampingnya.

"Bagus sekali, sebelumnya aku berniat memanggilmu, tetapi kau datang sendiri. Ayo pergi ke dalam." Willbert menampilkan kesan baiknya pada Cail yang tanpa ekspresi.

Mereka berada di pintu gerbang kastil hitam yang megah dan besar.

Wanita di samping Willbert menyela, "Siapa dia? Dua tahun lalu, aku belum pernah melihatnya."

Willbert menjawab dengan senang hati, "Dia muridku sekaligus putra angkatku. Perkenalkan dirimu, nak!" Diikuti oleh intruksi keras.

"Cail de Castalia menyapa Anda," ujar Cail dengan suara sayup-sayup yang monoton.

"Oh, aku mulai menyukaimu. Kau bisa memanggilku Camilla," sahut wanita tersebut yang tetap tertutup tudung putih.

"Buka gerbangnya!"

Cail menuruti intruksi Gurunya dan menggunakan salah satu kekuatan asing di tubuhnya.

Gerbang kastil merupakan pintu luar, dan itu mempunyai segel tertentu yang menghalangi siapapun masuk. Di dimensi rahasia aneh ini, satu-satunya yang menarik perhatian adalah kastil ini.

Kekuatan asing yang memiliki unsur kegelapan terserap di segel gerbang, kemudian itu berderit dan membuka ke dalam, menghadirkan bangunan indah dan kristal putih yang menyala sebagai lampu jalan menuju pintu masuk kastil utama.

Cail memahami cara membuka gerbang semacam ini dari Gurunya, ketika kekuatan asing yang sesuai digunakan sebagai kunci, itu cukup mudah dalam hal membuka pintu atau gerbang ajaib. Dari kegelapan di sekitar, Cail menentukan kekuatan asing kegelapan sebagai kunci, dan dia benar.

Entah mengapa, ketika Cail mengamati jauh ke depan, rasa keakraban yang mirip deja vu mengisi hatinya.

Willbert dan Camilla mendahuluinya masuk dan tidak peduli apakah dia ikut atau tidak. Cail menunggu sejenak untuk menghilangkan perasaan aneh di hatinya kemudian melangkah melewati batas gerbang.

Gonggg!

Suara lonceng besar tiba-tiba berdering mengejutkan mereka. Willbert segera merapalkan mantra pendeteksi dan Camilla memasang jebakan di setiap sisi sampai gerbang tepat di belakang Cail yang tertegun.

Pupil merah ruby membesar, bukan karena lonceng itu melainkan firasatnya. Dia merasa sesuatu yang mengerikan akan terjadi. Cail berbalik hanya untuk mendapati sosok dengan jubah pendeta biru tua tak jauh darinya.

Deg!

Dia tidak berani memeriksa siapa itu dan langsung mencoba menutup kembali gerbang

Detik berikutnya, pekikan serak yang terdengar seperti darah mengental di tenggorokan menyerang mereka semua termasuk sosok itu.

Cail gagal menutup gerbang dan penghalang Camilla pecah. Dia tidak bisa memperhatikan sosok itu lagi karena intuisinya menjerit.

Cail merobek jubah hitamnya dan melemparkan ke samping setelah memunggungi sosok itu. Mata merahnya mencerminkan makhluk bersayap hitam dengan tiga tanduk di kepalanya, itu iblis. Dan pastinya pada level yang sangat tinggi.

***

Kebahagiaan Protagonis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang