Visualisasi yang nyata itu pecah berkeping-keping, Sein tercengang. Dia bersumpah bahwa dia seharusnya masih bersama Rael.
Mengapa adegan tak masuk akal ini terjadi? Eire mengatakan sesuatu yang tidak bisa disebut sebagai lelucon!
Dia cepat-cepat memeriksa dirinya sendiri, penampilan masih normal di usia yang sama, tidak bertambah maupun berkurang. Dia masih anak laki-laki dengan pikiran yang agak dewasa, tetapi fenomena aneh ini membuatnya tak bisa berpikir.
Eire menatapnya dengan kekhawatiran, saat dia hendak membuka mulutnya, Sein merasa dia memahami sesuatu yang amat halus. Terombang-ambing di suatu waktu yang tak bisa disebut nyata dan ilusi, yaitu paradoks.
'Aku ingin kembali, aku ingin kembali, aku ingin kembali!' perintahnya pada diri sendiri sambil menutup matanya.
Ketika dia membuka matanya lagi, adegan masih sama. Namun, ekspresi Eire berbeda, dia tak menampakkan rasa khawatir seperti sebelumnya. Sein menghela napas lega.
'Apa itu tadi?!'
Entah kenapa Sein memilki firasat bahwa 'bayangan' itu pasti mengetahui jawabannya.
"Eire, di mana kakak?" tanya Sein lagi demi memastikan tebakannya.
Eire tampak terkejut karena sepertinya Sein telah berubah di beberapa titik waktu yang tak dia ketahui. Aura Sein menjadi menakutkan sehingga Eire mencengkeram surat berlabel serigala perak di balik jubahnya dengan erat.
"Dia bilang akan segera kembali, kenapa kau terlihat pucat?" Eire bertanya-tanya apakah surat berlabel serigala perak itu telah mempengaruhi Sein dengan cara yang misterius?
'Seharusnya aku sudah menghancurkan surat ini, tapi kenapa aku tetap menyimpannya?!' gumam Eire dengan kebingungan di hati.
Sein menelan ludahnya, sensasi pahit memasuki tenggorokannya hingga perutnya terasa sakit. Dia memanggil 'bayangan' itu, tetapi masih tak mendapat respon.
'Aku yakin tadi bukan ilusi, tapi juga bukan kenyataan dan bukan pula penglihatan masa depan. Lalu, apa itu?!' lirihnya dengan kepanikan membayangi.
Ketika Sein dengan tergesa-gesa menuju ke bagian dalam kapal, pupil Eire bergetar saat dia menyadari ada sesuatu yang salah dari semua ini. Entah mengapa dia merasa itu normal dia berada di sini bersama Sein, seolah-olah 'kenyataan' dia dan Sein berada di sini itu valid. Lalu, ingatan yang ditanamkan ke kepalanya tentang keberadaan Rael itu seperti dialog yang wajib dia lakukan.
Eire berteriak, "Tunggu!" Untuk menghentikan Sein. Namun, itu sudah terlambat.
Surat di tangan Eire terbakar dengan api hitam seketika saat Sein memasuki kegelapan kabin kapal. Tubuh Eire membeku, dia mengerahkan kekuatan untuk melawan, tetapi sia-sia.
-(Waktu telah berubah, tetapi akan tetap sama.)
Baris tersebut muncul di benak Eire, membuatnya tertegun sampai pekikan mengental darah menyembur keluar dari dalam kabin. Bulu kuduk Eire berdiri, dia menyalahkan diri sendiri karena tidak segera menghancurkan surat itu sebelumnya.
'Bagaimana kami bisa ada di sini?!' rintihnya seraya sekuat tenaga menggerakkan tubuhnya yang seperti patung.
Pada saat itu, Eire mendengar suara lonceng bergemerincing. Dia berhenti mencoba bergerak dan menunggu pemilik suara lonceng itu tiba di sudut visinya.
"Apakah kalian butuh bantuan? Mengapa kalian bisa ada di dimensi khusus ini?" Suara menyegarkan, yang mengandung sedikit nada kekanakan dan menggoda, datang dari belakang Eire.
Kekangan beku di tubuh Eire mencair dan dia akhirnya bisa bergerak bebas lagi. Eire segera berbalik hanya untuk terperanjat ketakutan.
Mata sapphire yang indah, jubah pendeta biru yang akrab dan warna rambut Aquamarine yang unik, Eire sangat jelas tentang siapa pihak lain kecuali bahwa tubuh yang lain itu mengecil seukurannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/244608986-288-k858259.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kebahagiaan Protagonis
FantasiaKarya Original, bukan fanfic atau terjemahan! Cover dari Canva *** Protagonis novel "Ways of Heroes" tidak mendapatkan jawaban atas ketidakbahagiaannya sampai akhir, sebagai pembaca berat novel tersebut, Yoo Han benar-benar berharap dia bisa memban...