Chapter 70 : Gerbang Masa Lalu

94 23 0
                                    

"Mengapa kau tidak membenciku, kakak?" Di hamparan taman bunga mawar biru yang mempesona dan dipenuhi misteri, suara kecil itu terdengar sayu.

Angin sepoi-sepoi berhembus menerbangkan beberapa kelopak bunga mawar biru yang terlepas.

Tak ada jawaban karena satu-satunya penghuni yang tersisa di taman tersebut telah tertidur untuk waktu yang tidak diketahui. Suara sebelumnya mungkin hanyalah ilusi yang tertinggal.

***

Ding! Ding! Ding!

Alarm bergema dari langit di dunia tingkat terendah dalam Tower of Desire. Makhluk-makhluk yang menempatinya mulai panik luar biasa dan berhamburan langsung menuju Stasiun Paradoks yang mengantar ke tingkat berikutnya.

Alarm tersebut adalah penanda bahwa tingkat terendah mereka saat ini akan dihapuskan oleh para Invigilator Tower of Desire. Mereka harus naik ke tingkat berikutnya jika tidak ingin binasa. Kehidupan damai mereka sirna sekaligus dan diisi oleh banjir keputusasaan.

Dunia tingkat terendah selalu berpotensi untuk dibersihkan, sementara dunia tingkat menengah dan tinggi adalah dunia permanen dengan hukum kausalitas yang ditetapkan sehingga takkan dicampuri oleh para Invigilator. Namun, hanya segelintir makhluk hidup yang dapat mencapai dunia menengah dan tinggi.

Hampir terinjak-injak oleh kerumunan orang yang berlarian seperti lalat tanpa kepala, tiga anak laki-laki bersusah payah menyeret kaki mereka menuju gang sempit untuk menyelamatkan diri dari massa yang menggila.

"Lagi-lagi, apakah ini untuk menangkap kita?" tanya salah seorang anak laki-laki yang memiliki warna mata obsidian pada dua anak lainnya.

Anak terkecil di antara mereka meringkuk dalam pelukan yang lain sambil berbisik lirih, "Kakak ...."

"Jangan menakutinya, Jaehwan!" bentak anak tertua di antara mereka, yang memiliki mata biru cemerlang, dengan nada tajam pada anak yang berbicara pertama tadi. Dia menepuk kepala kecil yang menempel di dadanya dengan lembut.

"Yoo Han, jangan takut, aku di sini. Sama seperti sebelumnya, kita pasti bisa lolos lagi dari mereka, jadi kau harus tenang, oke?" bujuknya sambil memasang ekspresi khawatir.

Jaehwan melirik ke ujung gang yang ramai dan ricuh, lalu mencibir pelan, "Terus saja memanjakannya, Rui. Seseorang yang selemah dia tidak akan bertahan lama di dalam dunia menara terkutuk ini. Kau harus meninggalkannya di sini!"

Yoo Han tersentak dan tubuhnya berusaha keras menahan getaran, tetapi justru semakin kuat. Dia menggigit bibirnya saat cairan bening mengalir dari matanya yang berbeda warna. Mata kanannya semerah batu ruby, sementara mata kirinya berwarna violet gelap, kedua warna tersebut menimbulkan kontras yang aneh di wajahnya yang imut.

Rui menggertakkan giginya sambil memberi Jaehwan ancaman dengan tatapan matanya yang berisi kekejaman. Jika dia tidak sedang memeluk adik kecilnya yang tersayang, dia benar-benar akan membunuh Jaehwan.

Berkali-kali dia memiliki keinginan tersebut, tetapi adik kecilnya akan selalu menghentikannya. Yang diselamatkan olehnya malah semakin tak tahu diri dan penuh kebencian pada adik kecilnya. Rui tak bisa memahaminya.

"K-kakak, aku —."

"Tidak! Aku lebih memilih kita mati bersama daripada aku meninggalkanmu di sini!" sela Rui dalam kemarahan dan kecemasan.

Dia tidak mengungkapkan kekhawatirannya yang sebenarnya, dia jauh lebih takut jika adik kecilnya meninggalkannya daripada sebaliknya.

Jaehwan merasa muak, jadi dia memalingkan muka dan diam-diam merencanakan rute pelarian untuk mereka. Meskipun, dia beracun ketika berbicara, dia masih memikirkan keselamatan mereka.

Kebahagiaan Protagonis Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang