Melisa berjalan dengan satu koper di tangannya menyusuri tempat yang cukup ramai itu. Ucapannya tadi siang memang bukan sekedar candaan. Benar adanya. Setelah mengatakan pada ke dua temannya itu bahwa ia akan berangkat hari ini, gadis itu langsung membuka laptopnya dan mencari penerbangan ke Korea malam ini. Untung saja masih ada tiket pesawat untuk malam ini. Jika tidak, mungkin ia batal berangkat hari ini.
"Ma, Pa. Lisa malam ini berangkat ke Korea, ya? Bosen di rumah mulu!" Ucap Melisa ketika Mamanya menerima panggilannya.
Aku pas nulis cerita : Bikin tokoh holkay yang bisa ke mana-mana, meanwhile aku :
Okay lanjut😂
"Malam ini? Lis, sekarang di Indonesia jam berapa emangnya?" Tanya Papa yang terlihat tengah duduk di samping Mama.
"9 malam, Pa."
"Lah? Ga buru-buru amat tuh, Lis?" tanya Mama.
"Mama Papa sendiri, kenapa belom tidur? Di sana udah jam 11 kan?" tanya LIsa penasaran.
"Biasa, lembur. Tuh banyak tumpukan kertas yang perlu Mama dan Papa urusin," ucap Papa
"Pesawat kamu jam berapa?"
"Jam 10, bentar lagi." jawab Melisa santai.
"Buru-buru amat Lis. Mau ngapain ke Korea emangnya?"
"Yaaaaaaaa, Lisa gabut aja gituu. Mama Papa di Jepang lah aku sendiri di rumah. Bozeeeeen!" ucapnya dengan nada manja.
"Kenapa kemarin ngga ikut ke sini aja, Lis, sama kita?" tanya Papa pada putri tunggalnya itu.
"Bukannya Papa Mama yang ngga ngebolehin aku ikut? Selama ini kan aku ga pernah keluar rumah, kecuali sama Mama Papa. Sekalipun ga pernah?" tanya Melisa heran.
Yah, untuk sekedar memberi tahu. Melisa ini adalah anak rumahan. Bukan, bukan sepenuhnya anak rumahan. Sebenarnya ia juga suka pergi keluar bersama temannya, namun selalu dilarang oleh kedua orang tuanya. Sering sekali gadis ini ingin pergi bersama Olla dan Tania, namun orang tuanya melarang keras akan hal itu. Semenjak dirinya memasuki jenjang kuliah, gadis itu selalu dilarang keluar rumah kecuali untuk pergi kuliah atau bersama orang tuanya. Melisa tentu tak tahu alasan dari ke dua orang tuanya yang menjaga ketat putri tunggal mereka ini. Namun yang Melisa tahu, itu pasti karena rasa sayang orangtuanya terhadap dirinya.
Melisa juga diminta untuk selalu memakai masker ke manapun dan kapanpun ia akan keluar rumah. Sangat aneh, bukan? Dirinya bukan siapa-siapa, dirinya bukan buronan, dirinya tak mengidap penyakit menular, tapi kenapa ia harus selalu menggunakan benda itu? Apa ada yang salah dengan dirinya?
"Tapi ngga tau kenapa Mama Papa ga ngebolehin aku ikut ke Jepang kali ini." Sambung gadis itu kemudian.
"Masa iya?" Tanya Papa menghadap ke Mama, bertanya.
"Iya! Masa Papa lupa kalau anak kita itu-" ucapan Mama Melisa terpotong karena Papa tiba-tiba mencium pipi Mama. Kemudian berbisik sesuatu pada Mama. Mama kemudian mengangguk dan menghadap lagi ke Melisa.
"Hmm, sebenarnya Mama ga mau izinin kamu pergi sendiri, apa lagi malam-malam gini. Tapi karena Mama Papa ga bisa temenin kamu selama liburan, kamu boleh pergi. Asalkan jangan pernah lupa pakai masker dan topi mu, mengerti?" Suruh Mama tegas.
"Tapi Maa, aku kan liburan, masa masih harus jaga ketat kayak biasa, sih?" Tanya Melisa tak terima.
"Ngga ada alasan. Pakai aja maksernya sayaaang. Demi kebaikanmu juga." Ucap Papa dengan senyum lebarnya.
Melisa mendengus sebal, kemudian mengangguk. Untung saja ia ada membawa satu masker sekali pakai sekarang. Mau bagaimanapun, ia harus mematuhi kedua orang tuanya, bukan?
"Yaudah, iya nih, aku pake maskernya. Tapi aku cuma bawa satu dan sekali pakai, gimana Ma, Pa?" Tanya Melisa memperlihatkan masksr yang ada di tangannya.
"Pake aja dulu, nanti Mama transfer uang buat beli masker. Inget ya! Buat beli MASKER!" Melisa meneguk salivanya keras. Sepenting itukah masker, sampai dirinya akan ditransfer uang hanya untuk beli masker padahal uang di black card-nya sangat banyak. Tapi hanya untuk masker, orang tuanya akan mengirimi uang lagi? Sangat berlebihan, pikirnya.
"Ngga usah kali Ma.. Di kartu aku masih banyak kok uangnya. Malah kayaknya bakal cukup sampe anak cucuku entar." Ucap Melisa malas.
"Yaudah, tapi jangan lupa beli masker ya. Yang satu kali pakai aja. Murah, kok. Hati-hati juga di Korea, kamu di sana cuma sendiri. Jangan keluar dari penginapan lewat dari jam 10 malam waktu sana, ngerti?" Melisa mengangguk lalu mengucapkan salam perpisahan dengan orang tuanya dan mematikan sambungan telepon tadi.
Melisa mendengus pelan. Meski keberangkatannya tinggal beberapa saat lagi. Tapi rasa bosan yang ada pada dirinya sangat-sangat mengganggu gadis yang tak bisa diam itu.
"Permisi, kamu Melisa Anggraini, ya?" Ucap seorang wanita paruh baya pada Melisa. Melisa menoleh, menatap bingung ibu itu lalu tersenyum tipis.
"Iya Bu, kenapa ya?" Ucap Melisa sopan.
"Wah, kamu sudah besar ternyata. Terakhir kali aku melihatmu kamu tidak setinggi ini." Ucap wanita itu kemudian menepuk pelan pundak Melisa. Melisa yang merasa canggung hanya tersenyum sekilas.
"Lekas sembuh nak, banyak yang kangen sama kamu." Ucap wanita paruh baya itu lirih. Melisa mengangkat kepalanya dan melihat wanita itu intens. Apa yang ia ucapkan barusan? Melisa tak mendengarnya, tapi yang ia yakin ia mendengar wanita itu mengucapkan kata 'kangen'.
Beberapa detik, wanita itu pergi meninggalkan Melisa yang masih bingung. Tak lama kemudian, panggilan untuk penumpang pesawat yang akan ditumpangi gadis itu mulai terdengar. Melisa mengangkat bahunya acuh, kemudian mulai melangkah.
Ges, bab kali ini pendek ga sih? Keknya iya, cuma 900 kata njir😂 Maap ye, aku lagi sibuk ngurusin sesuatu. Jadi nulis bener bener susah sekarang. Update juga jarang😂
Tapi tenang, aku bakal terusin cerita ini sampe tamat kok. Aku bukan tipe manusia yang mudah berhenti di tengah jalan🙂BYEE!!!
Jangan lupa vote dan komen ya
KAMU SEDANG MEMBACA
Three Weeks | NCT Dream ft. WayV
Fanfiction"Gabutnya orang kaya mah beda, yak?" "Au tuh, uang udah bejibun gitu malah pengen cari kerjaan, mana pas liburan lagi." "Gue gabut, ga ada hubungannya kaya atau engga sama gabut." Pernah ngga sih kalian gabut ketika libur semester, tapi malah melama...