26| Kerja Sama

1.2K 159 17
                                    

Setelah tertidur kurang lebih empat jam, Lyla baru bangun di jam enam sore.

Langit di luar sana sudah mulai gelap, bisa terlihat dari kaca jendela yang juga sekaligus dijadikan pintu menuju balkon. Masalahnya, setau Lyla kamar unit apartemennya tidak memiliki akses ke balkon. Dan kamar ini tidak terasa seperti kamarnya.

Tunggu, Lyla baru sadar dia tidak sedang berada di apartemennya sekarang melainkan di kamar pribadi Jeno. Bahkan hembusan napas si pemilik kamar bisa Lyla rasakan di tengkuknya sekarang, jangan lupakan lengan kanan pemuda itu yang ia jadikan bantal sementara lengan yang satunya lagi melingkar erat di perut Lyla.

Kening Jeno sempat mengernyit sebab merasa terganggu dengan gerakan Lyla yang semula memunggungi Jeno menjadi tidur menghadap ke arahnya, dengan posisi seperti ini Lyla bisa bebas memandangi wajah tampan pacarnya yang sedang tidur pulas.

"Jeno"

Tidak ada sahutan, Jeno bahkan tidak bergerak dari posisinya. Tapi Lyla yakin pemuda itu masih bisa mendengar suaranya.

"Bangun, udah sore"

"Hngh, lima menit lagi" balasnya dengan suara parau khas orang baru bangun tidur.

Lyla geter dengarnya. Entah kenapa suara Jeno yang seperti itu terdengar... Sexy?

Tidak, Lyla menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Mikir apa sih dia?

"Kita kok bisa ketiduran sih?" Karena seingat Lyla tadi dia sedang menunggu Jeno yang pergi mengisi galon. "Astaga, aku ada kelas siang ini!" Ujarnya panik sendiri.

"Udah aku izinin ke Haechan"

"Terus, kamu sendiri kenapa nggak kuliah?"

Jeno berdecak. "Nemenin kamu lah, masa aku tinggal sendiri?"

"Ya tapikan--- AW!"

Mendengar ringisan dari si gadis, Jeno yang semula memejamkan mata langsung terbangun dan memandangi Lyla khawatir.

"Kenapa? Ada yang sakit?"

"Perut aku.. nyeri"

Lee Jeno mengendurkan sedikit tingkat kekhawatirannya. "Pasti efek minum tadi"

"Minum?" Ekspresi Lyla saat bertanya benar-benar bingung, dan itu bikin Jeno jadi gregetan sendiri.

"Kamu lupa tadi siang abis minum beer kaleng yang ada di kulkas aku?"

"Beer? Perasaan aku cuma minum soda, tapi rasanya emang agak aneh sih"

"Itu beer, Choi Lyla. Bukan soda! Gara-gara itu kamu mabuk, tau?"

"Aku mabuk?!" Kali ini ekspresi Lyla berubah panik. "Kok bisa?!"

Jeno merotasikan bola mata, lalu menyentil kening Lyla dengan jari. Sontak saja si empunya meringis kesakitan. "Makanya lain kali jangan asal comot diliat dulu itu apa!"

Meski kelihatannya pelan, aslinya sentilan jari Jeno di keningnya berhasil meninggalkan bekas kemerahan. Lyla cemberut dibuatnya. "Ya mana aku tau kalau nggak ada tulisan beer-nya di kemasan!"

"Kalau kamu teliti, di bagian belakang kaleng ada tulisan alkoholnya"

"Seharusnya tulis di depan dong jangan di belakang!"

"Kamu pikir aku yang nge-design kemasannya gitu jadi bisa request?"

"Ya kalau gitu kamu jangan salahin aku dong!"

"Kamu itu ceroboh, Choi Lyla. Bisa-bisanya ngira beer itu soda. Kamu nggak tau sih kelakuan random kamu kalau mabuk tuh kayak gimana!"

Two Sides ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang