47| Heartbreaker

1.1K 125 7
                                    

Kamar hotel nomor 101 sudah ada di depan matanya sekarang.

Lyla hanya perlu mengetuknya, atau kalau mau versi bar-bar lagi mungkin menggedornya sekalian, tapi kedua tangannya mendadak kaku. Alih-alih melakukan apa yang diperintahkan otaknya, Lyla justru membeku di depan kamar yang tadi disebutkan Siyeon lewat chat.

Bohong sekali rasanya kalau Lyla tidak takut, jelas sekali dia ketakutan sekarang. Lyla takut akan kebenaran yang akan ia ketahui setelah ini, Lyla takut kalau Jeno benar-benar ada disana dan mereka...

Pintu itu terbuka dari dalam. Lyla tidak menyentuhnya sama sekali sejak tadi, tapi Siyeon seolah tau kalau Lyla sudah berdiri disana kurang lebih lima menit yang lalu.

"Oh, udah dateng?" Siyeon menyandarkan bahunya ke kusen pintu, tangannya terlipat ke dada dengan wajah yang begitu menyebalkan menurut Lyla.

Siyeon tersenyum saat ini, jenis senyum meremehkan dan Lyla benci itu. Ah, pada dasarnya ia memang tidak menyukai gadis Park satu ini.

Mengabaikan sapaan Siyeon, Lyla mendorong pintu kamar lebih lebar agar ia bisa masuk. Saat melewati si gadis Park, dengan gerakan yang disengaja ia menyenggol bahu Siyeon hingga membuat gadis itu berbalik kesal seraya mendengus.

Satu demi satu langkah yang Lyla jejakkan ke lantai, ia berdoa semoga semua ini hanya prank semata. Ia berharap Siyeon tidak benar-benar bersama Jeno tadi malam, ia harap pikiran buruk yang kini bersarang di kepalanya tidaklah benar. Tapi saat melihat sesosok laki-laki yang kini tertidur pulas di atas ranjang, Lyla rasa dunianya runtuh saat itu juga. Kakinya refleks berhenti melangkah saat ia hanya berjarak beberapa meter saja dari ranjang itu.

"Lee Jeno.."

Seruannya tidaklah nyaring, tapi entah kenapa itu berhasil membangunkan Jeno dari tidurnya. Pemuda itu bergerak gelisah dibalik selimut yang menutupi badan atasnya yang telanjang, sembari meringis memegangi kepalanya yang pusing, Jeno mencoba untuk duduk dan langsung bertemu pandang dengan Lyla yang menatapnya dengan sorot terluka.

"Lyla, kamu kok, bisa disini?"

Selimut yang tadi menutupi bagian atas badan Jeno turun hingga pinggang saat pemuda itu duduk, dan dari sana Lyla bisa melihat dengan jelas jejak-jejak menjijikkan yang tertinggal di bagian leher hingga dada Jeno, beberapanya lagi bahkan sampai ke perut. Warna kulit Jeno yang pada dasarnya memang putih membuat jejak itu terlihat semakin jelas.

Lyla tidak menjawabnya karena matanya terfokus pada tubuh Jeno yang tidak lagi bersih, tindakannya itu membuat Jeno keheranan dan ikut menatap ke bagian yang sama.

Betapa terkejutnya Jeno saat melihat tubuhnya sendiri, pemuda itu langsung panik lalu refleks meloncat turun dari ranjang untuk menghampiri Lyla yang masih berdiri mematung di tempatnya

"La, ini, aku, aku nggak tau kenapa bisa begini. Aku---" saking paniknya, Jeno sampai bingung harus berkata apa.

"Jadi ini cara kamu membalas aku?"

"Aku nggak ngapa-ngapain. Sumpah aku nggak ngapa-ngapain, Choi Lyla. A-aku nggak tau juga kenapa bisa gini, tadi malam aku cuma---" disaat yang sama Jeno menangkap kehadiran Siyeon yang berdiri menyandar pada dinding tidak jauh dari tempatnya sekarang.

"Park Siyeon, kenapa bisa ada lo disini?!"

Yang ditanya tersenyum manis, memasang wajah lugu seolah kehadirannya di kamar ini bukanlah sesuatu yang aneh. "Kita berdua emang ada disini semalaman"

"APA? KITA?!" Jeno menggeram emosi. "Apa maksud lo?!"

Senyum Siyeon semakin lebar saat Lyla ikut menoleh ke arahnya. Gadis itu melonggarkan bathroab yang ia kenakan, lalu menurunkannya sedikit agar leher dan dada atasnya bisa terlihat. Seperti yang sudah Lyla duga, ada jejak yang sama tertinggal di leher Siyeon seperti yang ada pada tubuh Jeno.

Two Sides ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang