4| Lee Haechan

3.6K 466 13
                                    

"Baiklah, cukup sekian presentasi dari kelompok 5. Maaf jika masih ada kekurangan, jika masih belum paham bisa dibaca ulang lagi aja materinya. Terimakasih"

Choi Lyla menutup presentasi kelompoknya hari ini dengan helaan napas lega. Kemudian dosen mereka meminta laporan hasil diskusi hari ini yang dibuat oleh Lee Haechan, teman sekelompoknya, sebelum akhirnya pamit pergi sepuluh menit lebih awal dari jadwal. Tidak lama setelahnya, disusul oleh teman sekelasnya yang mulai berhambur ke luar kelas.

Bugh!

"Akh! Kok gue dipukul sih!" Protes Haechan sambil memegangi punggungnya yang nyeri akibat pukulan dari Lyla.

Si gadis melipat tangannya di dada sambil berseru kesal, "Cukup sekali ya gue sekelompok sama lo! Udah makalah gue yang buat, power point gue juga, disuruh nge-print segala pake drama kelupaan. Untung dosennya baik mau nunggu, coba kalau nggak? Bisa diomelin di depan kelas kita!"

"Iya-iya, maaf. Lo sih nggak ngingetin gue"

"Nggak ngingetin apanya?! Kan tadi malam file-nya udah gue kirim ke lo, gue juga udah nyuruh lo langsung print biar ntar nggak kelupaan. Tapi lo malah bilang ntar dulu ntar dulu, lagi mabar. Salah siapa, ha?"

"Salah lo"

"YA, LEE HAECHAN!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"YA, LEE HAECHAN!"

"Iya salah gue, bawel banget emang pacarnya Jeno" Haechan mencubit kasar pipi Lyla yang kemudian langsung ditepis oleh si empunya. "Buruan sana pulang, udah ditunggu pacar lo tuh di bawah"

"Hah? Masa?"

"Liat noh, chat-nya" pemuda itu memberi kode dengan dagunya ke arah layar ponsel Lyla yang menampilkan pop-up notifikasi dari Jeno.

Benar saja, pacarnya itu sudah menunggu di lobi rupanya. Kebetulan hari ini kelas mereka selesai di jam yang sama, jadi bisa sekalian pulang bareng. Tapi rencananya sih mau makan siang dulu di kantin fakultas Lyla.

"Gue bawain" ucap Haechan sambil memasukkan laptop milik Lyla ke dalam tas laptopnya, setelahnya dia berdiri lebih dulu. Menunggu Lyla yang belum selesai memasukkan alat tulisnya ke dalam tas ransel.

"Tumben baik"

Dengan gaya sok gantengnya, Haechan mengusak rambutnya ke belakang. "Gue emang baik"

"Cih, narsis lo!"

"Buruan ah, lama. Gue tinggal nih"

"Sebentar elaah, ini resleting tas gue macet!" Lyla menyahut kesal. Tangannya sibuk mencoba menaik-turunkan resleting tasnya, tapi tetap saja tidak mau bergerak.

"Ck, sini! Gini aja nggak bisa" tas laptop tadi Haechan letakkan ke atas meja, kemudian tangannya merebut ransel milik Lyla dan mencoba untuk memperbaikinya.

Two Sides ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang