10| Kambing Hitam

2K 294 17
                                    

Lee Jeno membawa Lyla ke taman belakang yang letaknya cukup dekat dengan gedung departemen Arsitektur.

Tidak banyak orang disini, sehingga mereka bisa mengobrol dengan santai di tempat duduk sederhana yang terbuat dari potongan batang pohon yang dibuat sedemikian rupa.

"Kamu nggak apa-apa?" Tanya Jeno khawatir, sebelah tangannya ia gunakan untuk menyampirkan helai rambut Lyla ke belakang telinga. "Maaf, seharusnya aku nggak nyuruh kamu kesini"

"Aku nggak apa-apa kok" kedua sudut bibir Lyla yang terangkat menciptakan perasaan lega di benak Jeno. "Salah aku juga udah bikin dia kesal"

Jeno menghembuskan napas kasar. "Lain kali kalau diajak ngobrol sama Siyeon diem aja, jangan ditanggapin. Aku bakal kasih tau dia buat jangan lagi macam-macam sama kamu"

"Hm, terserah deh" Lyla menyadarkan kepalanya di bahu Jeno, sebab kursi yang mereka tempati tidak memiliki sandaran. "Tapi Jeno, aku bingung sama sesuatu"

Sebelah tangan Jeno meraih punggung tangan Lyla lalu mengusapnya pelan dengan ibu jari. "Apa?"

"Kamu kok bisa suka sama aku sih? Padahal aku biasa aja. Aku nggak cantik, aku nggak pinter, aku juga bukan tipe perempuan yang bakal disenangi banyak orang hanya dengan sekali lihat. Tapi kenapa kamu bisa suka sama aku?"

"Siyeon bilang itu ke kamu?"

Meskipun jawaban sebenarnya adalah iya, tapi Lyla memilih untuk menggeleng.

"Aku cuma penasaran"

Jeno mengangguk mengerti. Pandangannya terangkat ke atas seolah menerawang sesuatu, sebelum akhirnya keningnya sukses dibuat mengernyit kala sinar matahari menyilaukan matanya.

"Apa ya? Aku juga nggak tau. Kayak... suka aja" Jeno tau jawabannya sama sekali tidak memuaskan. Dan sebagai orang yang tidak pandai dalam hal merangkai kata-kata, menyebutkan alasan mengapa dia bisa suka dengan Lyla adalah hal yang sulit bagi Jeno. "Kamu ingat nggak kali pertama kita ketemu?"

"Di perpustakaan"

"Iya, setelah itu aku nganterin kamu pulang"

"Dan kamu minta bayaran pakai nomor ponsel aku"

Lee Jeno tertawa, manis sekali. Lyla bisa melihatnya dari bawah sini.

"Aku annoying banget nggak sih waktu itu? Kayak apaan banget tiba-tiba minta nomor ponsel orang, mana kan waktu itu kita belum sempat kenalan secara resmi. Kita tau nama masing-masing juga gara-gara dikenalin sama Haechan"

"Iya sih, annoying banget. Aku sampai sekarang masih nggak habis pikir kok bisa-bisanya ada orang kayak kamu. Padahal awalnya aku sempat takut loh sama kamu"

"Hah?! kok gitu?" Protes Jeno tidak setuju.

"Abisnya kamu natap akunya kayak kemusuhan gitu, dingin banget. Kan aku takut. Mana mukanya datar banget tanpa ekspresi"

"Kalau baru kenal emang gitu, tapi sekarang nggak lagi kan?"

"Nggak, malah sekarang senyum terus. Mana lucu banget lagi" gadis itu menyempatkan diri menarik pipi Jeno dan sedikit memainkannya, pacarnya ini memang menggemaskan sekali. Berapa kalipun Lyla melihatnya rasanya tidak akan pernah bosan.

"Nah sejak saat itu kayaknya aku udah suka sama kamu" ucap Jeno melanjutkan ceritanya.

"Love at the first sight?"

"Yap, dan karena aku orangnya nggak suka basa basi makanya langsung aku pepet aja kamunya. Caranya ya dengan minta nomor ponsel kamu biar kita bisa saling mengenal nantinya"

Two Sides ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang