Tau kan, Lyla itu paling tidak suka mandi pagi-pagi kecuali kalau ada kuliah atau urusan penting?
Tapi hari ini, di jam sembilan pagi, entah kenapa Ibunya justru menyuruhnya mandi dan berpakaian rapi. Seolah-olah mereka akan pergi ke suatu tempat saja, padahal kan mereka hanya ingin membicarakan sesuatu yang entah apa itu. Namun anehnya, hingga waktu sarapan berakhir pun kedua orang tuanya belum juga membahas tentang apa yang ingin dibicarakan.
"Sebenarnya kalian mau ngomong apa?" tanya Lyla saat mereka berempat sudah duduk di ruang tamu.
Soobin hanya memandangnya dengan tatapan yang sulit diartikan apa maksudnya, sang Ayah tersenyum penuh perhatian, sementara Ibunya mengusap bahunya dengan lembut. Alis Lyla kontan bertaut, makin tidak paham dengan semua situasi ini. Sampai akhirnya kehadiran tiga orang yang dikenalnya sejak lama ada di sana, berdiri di ambang pintu dengan senyum kelewat cerah. Baik Ayah, Ibu, Soobin, maupun Lyla sama-sama tersenyum dan mempersilahkan Xiaojun bersama orang tuanya untuk masuk.
Pemuda itu sempat meliriknya sebentar disertai senyum lebar, yang kemudian hanya dibalas senyum kaku dari Lyla yang sejujurnya bingung harus merespon apa mengingat kejadian di apartemen waktu itu yang berujung Jeno salah paham. Ah, ngomong-ngomong Jeno. Sudah sejak kemarin ia mengabaikan pesan serta panggilan telpon darinya, Lyla masih belum siap jika harus berbicara dengan pemuda itu.
Setelah semuanya duduk di ruang tamu, Ibu beranjak ke dapur untuk mengambil minuman beserta kue kering yang entah sejak kapan sudah dipersiapkan di sana. Begitu makanan dan minuman sudah tersaji, Ibu kembali duduk di sebelah Lyla yang masih menatapnya kebingungan. Masalahnya ini terlalu serius, biasanya juga saat mereka berkumpul bersama jarang sekali duduk di ruang tamu dengan pakaian serba rapi begini.
Ibu Xiaojun yang rupanya menangkap kebingungan Lyla lantas tersenyum manis dengan anggunnya.
"Jadi gimana, La. Kapan kamu siap?"
"Hah? Siap apa?"
Satu persatu keluarganya ia tatap seolah minta penjelasan, tapi mereka hanya tersenyum. Yang menjawab justru Xiaojun yang duduk diapit kedua orang tuanya.
"Siap buat tunangan sama aku."
"APA?!"
"La."
Ayah langsung menegurnya saat tanpa sadar Lyla menaikkan nada bicara, gadis itu bahkan refleks berdiri saking kagetnya hingga harus ditarik lengannya agar kembali duduk.
"Ayah, tunangan apa maksudnya? Kok nggak pernah bilang sama aku?"
"Oleh karena itu Ibu kamu nyuruh pulang, ya untuk bicarain masalah pertunangan kamu sama Xiaojun ini."
"Tapi aku udah punya pacar, Yah. Soobin juga tau."
Semua mata langsung tertuju pada remaja yang duduk paling pojok tersebut, Soobin mengusap lehernya sembari meringis merasa bersalah pada Lyla karena tidak pernah menjelaskan masalah ini sebelumnya.
"Maaf, Kak. Tapi rencana pertunangan ini sebenarnya udah ada sebelum aku tau kakak punya pacar."
Lyla melongo dibuatnya. "Tapi kan kamu bisa jelasin ke mereka begitu tau kan? Kenapa cuma diam aja?"
"Maaf, Kak."
Gadis itu mendengus kasar tanpa repot-repot menyembunyikan ketidakinginannya untuk bertunangan dengan Xiaojun. Pemuda itu melihatnya dengan sudut bibir terangkat sebelah, seolah mengejek Lyla yang pusing setengah mati sekarang. Dari tatapannya itu Lyla bisa menebak kalau Xiaojun sudah tau lebih dulu masalah ini ketimbang dirinya, mungkin itu juga alasannya kenapa tiba-tiba pindah kerja satu kota dengan Lyla dan mencoba mendekatinya lagi. Lyla semakin kesal dibuatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Sides ✓
FanfictionJeno itu tipe pacar yang hard on the outside but soft on the inside. Intinya beda banget deh, Jeno seperti punya dua sisi yang berbeda. Start : 12 Desember 2020 End : 23 November 2021 Copyright ©2020 by ApriLyraa