Suasana kelas Jeno nampak ramai sekarang setelah ketua kelas memberi tau kalau minggu depan jurusan mereka akan mengadakan porseni.
Pekan olah raga dan seni yang biasanya disingkat porseni itu diadakan setiap tahun oleh mahasiswa antar jurusan. Tujuan dari adanya acara ini selain untuk bersenang-senang adalah mahasiswa juga diharapkan mampu mengembangkan minat dan bakat tersembunyi dalam cabang olahraga dan seni yang mereka miliki.
Biasanya yang dilombakan bermacam-macam. Di cabang olahraga sendiri ada basket, voli, sepak bola, tarik tambang, lari estafet, dan balap karung. Sedangkan pada cabang seni ada lomba puisi, bernyanyi, karya tulis ilmiah, pidato 3 bahasa, dan cerdas cermat. Setiap kelas harus menunjuk beberapa orang untuk mewakili kelas mereka masing-masing di semua lomba yang ada, dan jika ada lomba yang tidak diikuti maka mereka wajib membayar denda.
Kesannya seperti pemaksaan, Jeno tau itu makanya dia tidak tertarik untuk mengikuti salah satunya. Ketika anak-anak kelas mereka sibuk mendata siapa saja nama yang akan ditunjuk sebagai perwakilan, Jeno dengan ransel hitam dan tabung gambarnya memilih pergi darisana secara diam-diam.
Tapi ternyata aksinya tersebut diketahui oleh sekretaris kelasnya, Park Siyeon.
Gadis Park itu berlari kecil menghampirinya, mengetahui itu Jeno juga makin mempercepat langkahnya menyusuri lorong gedung departemen yang nampak sepi. Sebagian besar penghuninya masih berada di kelas masing-masing.
"Ya, Lee Jeno!"
Hap
Siyeon berhasil meraih pergelangan tangan Jeno sekaligus menghentikan langkahnya. Si pemuda hanya bisa mendengus lalu menatap jengah ke arah Siyeon yang justru tersenyum lebar.
"Ketua nyuruh gue buat ngedata orang-orang yang bakal ikut di cabang olahraga, semuanya udah hampir lengkap cuma di bagian sepak bola masih kurang satu orang"
Jeno tentu tau kemana arah pembicaraan ini, tapi dia memilih untuk menyahut.
"Terus?"
"Anak-anak ngusulin lo buat ikut, kata mereka lo jago jadi kiper. Tahun lalu kelas kita bahkan dapat juara dua pas porseni"
"Cuma lagi beruntung aja" balas Jeno kelewat malas, dia benar-benar tidak tertarik untuk ikut.
Tapi Siyeon masih belum menyerah. "Lo nggak sekedar beruntung, tapi lo punya bakat disana. Kenapa nggak coba lo kembangin?"
"Nggak usah sok tau deh, gue emang nggak bakat jadi kiper! Waktu itu gue cuma beruntung, dan terpaksa karena anak-anak nyuruh gue buat jaga gawang"
Jeno tidak bohong. Biasanya tiap main bola Jeno selalu jadi penyerang, tapi tahun lalu itu kali pertama dia jadi kiper atas paksaan teman-temannya. Awalnya Jeno menolak karena dia betul-betul tidak punya pengalaman, tapi temannya tetap ngotot untuk menjadikan Jeno yang noob ini sebagai kiper. Keputusan yang nekat, tapi beruntungnya mereka sampai ke final dan meraih juara dua.
"Ayolah, Jen. Sekali ini aja deh, tahun depan kalau lo nggak mau ikut juga nggak apa-apa"
"Gue bilang nggak!"
Padahal Siyeon sudah memasang wajah semelas mungkin, tapi ternyata itu tidak cukup untuk membujuk Jeno. Pemuda itu justru pergi menuruni anak tangga yang memang sudah ada di hadapannya, meninggalkan Siyeon yang secara refleks ikut mengejar. Langkah Jeno cepat sekali, sepertinya pemuda itu tau kalau dia diikuti maka dari itu Siyeon pun ikut mempercepat langkahnya.
Mungkin karena kurang berhati-hati, Siyeon tidak sadar menuruni dua anak tangga sekaligus. Tidak heran sesaat setelahnya dia oleng dan hampir nyusruk di tangga andai saja Jeno tidak lekas berbalik dan menahan badannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Two Sides ✓
FanfictionJeno itu tipe pacar yang hard on the outside but soft on the inside. Intinya beda banget deh, Jeno seperti punya dua sisi yang berbeda. Start : 12 Desember 2020 End : 23 November 2021 Copyright ©2020 by ApriLyraa