27| Busy

1.1K 144 14
                                    

Siang itu panas terik, jenis hari yang akan membuat siapapun memilih untuk berteduh di bawah pohon atau bersantai di pelataran departemen terdekat. Bukannya mengelilingi lapangan seperti yang Jeno lakukan saat itu.

Bukan tanpa alasan sih, Jeno melakukan itu untuk memenuhi hukuman atas pelanggaran yang anggota kelompoknya lakukan. Saat mereka menjalani ospek fakultas, ada perjanjian yang mengatakan bahwa siapapun anggota yang melakukan kesalahan, entah itu melanggar aturan yang telah ditetapkan, bolos, melawan kakak tingkat, atau tidak lengkap atribut ospeknya maka dia dan ketua kelompoknya harus dihukum.

Saat itu, Park Siyeon, ketinggalan membawa papan nama dan datang terlambat ke kampus sepuluh menit setelah acara dimulai mengharuskan dirinya mendapat hukuman lari sebanyak 7 putaran. Sementara Jeno sebagai ketua kelompok harus berlari mengelilingi lapangan sebanyak 10 putaran.

Memang kesannya seperti tidak adil, tapi itulah perjanjiannya. Keputusan sepihak yang sebenarnya dibuat pihak panitia dan terpaksa disetujui oleh semua peserta yang ada, dengan alasan agar semua peserta ospek bisa patuh pada aturan dan tidak ada yang berani melanggar. Karena jika satu orang saja melanggar aturan, maka orang yang tidak bersalah akan terkena hukumannya. Apalagi jika ketua kelompoknya yang melakukan kesalahan, maka semua anggota di kelompok itu juga harus ikut dihukum.

Katanya sih biar kompak.

Lapangan yang keseringan digunakan untuk main basket oleh anak-anak kampus itu sebenarnya tidak seberapa luas, hanya saja karena cuacanya yang super panas membuat energi Jeno banyak terkuras setelah mengelilinginya sebanyak 10 kali. Sial, keringatnya membuat kemeja baru Jeno jadi basah dan bau.

Jeno menyesal kenapa mau-mau saja dipaksa temannya untuk jadi ketua kelompok kalau akhirnya akan seperti ini.

"Lee Jeno?"

Cahaya matahari yang semula menyilaukan mata Jeno yang kini sedang berteduh di bawah pohon jadi terhalau karena kehadiran seseorang, gadis dengan pita warna-warni sejumlah tanggal lahir menghiasi rambut panjangnya.

Park Siyeon mengulurkan sekaleng minuman dingin pada Jeno saat itu. "Buat lo"

"Makasih" balas si pemuda lalu dengan segera menerima minuman tersebut dan meminum isinya.

"Ngomong-ngomong, lo bisa duduk kok"

"Eh?" Sadar kalau sejak tadi ia hanya berdiri melamun memandangi Jeno yang sedang minum, Siyeon buru-buru duduk di bawah pohon yang sama samping kiri Jeno. "Gue Park Siyeon" katanya mengulurkan tangan, mengajak berkenalan.

Jeno menerima jabatan tangan tersebut. "Lee Jeno"

Saat itu sikap Jeno begitu dingin. Dia tidak tersenyum, tidak mengajaknya bicara lagi meskipun mereka sudah lebih dari sepuluh menit duduk diam seperti itu. Sampai akhirnya Siyeon mengutarakan maksud kedatangannya menghampiri Jeno.

"Maaf ya, gara-gara gue lo harus ikut dihukum"

Jujur, Siyeon benar-benar merasa bersalah saat itu. Kecerobohannya justru membuat orang yang tidak bersalah jadi ikut kena imbasnya.

"Nggak apa-apa, emang dari awal perjanjiannya gitu kan?"

"Iya, tapi kan gue tetap nggak enak sama lo"

"Asal lo nggak lupa bawa papan nama dan datang ke kampus tepat waktu di hari-hari berikutnya sih, bisa gue maafin"

"Pasti, gue nggak bakal ngelakuin kesalahan yang bikin lo susah lagi" saking semangatnya, Siyeon sampai tidak sadar mengangkat jari kelingkingnya sendiri. "Janji"

Two Sides ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang