Seperti yang sempat Lyla khawatirkan semalam, Lee Jeno betulan bangun kesiangan pagi ini!
Seharusnya jam empat pagi Jeno sudah bangun sesuai janjinya, pemuda itu juga sudah menyetel tiga alarm sekaligus tapi malah bangun ketika jam sudah menunjukkan pukul tujuh. Lyla langsung didera sakit kepala begitu bangun dan matahari telah meninggi, tapi Jeno masih terlelap di sisinya dalam keadaan sedang memeluk tubuhnya.
"Kan apa aku bilang, kamu bakal bangun kesiangan!" pekik Lyla dengan suara berbisik, samar-samar terdengar suara Ibunya yang sedang memasak di dapur.
Dengan mata yang masih menyipit karena baru bangun, Jeno mengusap pantatnya yang terasa ngilu sehabis didorong kasar dari kasur oleh Lyla beberapa menit yang lalu. Pemuda itu beralih posisi ke atas kasur lagi bersebelahan dengan sang gadis.
"Ya udah sih."
"Ya udah sih ya udah sih, kok kamu bisa santai banget?!"
"Kan kata kamu kalau ketahuan paling juga kita langsung dikawinin."
"YA NGGAK GITU JUGA, LEE JENO!" saking kesalnya Lyla sampai tidak sadar sudah meninggikan suaranya, sebelah tangannya juga memukul bahu si pemuda dengan kasar.
Kontan saja Jeno meringis kesakitan, kecil-kecil gitu tenaga Lyla lumayan besar dan pukulannya terasa sakit. Jeno yang awalnya masih mengantuk benar-benar dibuat sadar karena ulahnya.
"Jangan berisik, La. Kamu beneran mau dikawinin sama aku sekarang juga nih?"
"Jangan bercanda dong, seharusnya kamu tuh sekarang panik gimana caranya bisa keluar dari kamar aku tanpa ketahuan. Bukan malah cengengesan begitu!"
Tapi Jeno justru terkikik geli sembari tangannya mengusap bahunya yang masih nyut-nyutan atas pukulan Lyla. "Muka kamu lucu kalau lagi panik gitu."
"Astaga ...."
Lyla menepuk keningnya tidak habis pikir. Seriusan ini cuma dia doang yang panik, Jeno kelihatan santai-santai saja malah sekarang sibuk merenggangkan tubuhnya sembari membuka jendela kamar Lyla agar cahaya matahari bisa masuk.
"Wah, cuaca pagi di sini segar banget ya. Nanti kalau kita udah nikah tinggal di sini aja kali ya?" ucap Jeno mulai ngawur. Matanya terpejam menikmati udara pagi yang masuk melalui jendela kamar yang terbuka.
"Jangan mikirin nikah dulu, pikirin nih gimana caranya kamu keluar dari kamar aku! Jam segini Ibu biasanya ada di dapur, terus Ayah suka ngopi di depan TV. Kalau kamu keluar auto ketahuan!"
Masalahnya letak ruang tamu dengan kamar Lyla tuh berhadapan, yang kalau Jeno keluar dari kamarnya maka sudah pasti Ayah yang sedang duduk di depan TV bakalan langsung melihat.
Saking tidak tenangnya, Lyla sampai turun dari ranjang lalu mondar-mandir mencari jalan keluar. Di pagi hari begini otak Lyla rasanya masih sulit diajak berpikir, ditambah lagi melihat Jeno yang cengengesan membuat Lyla lama kelamaan menjadi kesal.
"Bantu mikir dong, Je!"
Sadar kalau kekasihnya ini betulan marah, Jeno langsung mendekat lalu meraih bahu Lyla untuk ia usap. Bermaksud menenangkan.
"Tenang aja, La. Nggak usah panik begitu. Lagian Ayah kamu kan nggak selamanya duduk di depan TV, nanti kalau dia bosen paling juga pindah ke tempat lain. Nah, pas dia lagi nggak ada baru deh aku keluar."
"Ya tapi sampai kapan?"
"Nggak tau, tunggu aja. Aku nggak keberatan kok nunggu di kamar kamu."
Huft. Lyla meniup anakan rambut yang ada di keningnya, perasaannya masih tidak tenang meski apa yang dikatakan Jeno memang ada benarnya. Cara itu bisa dicoba nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Two Sides ✓
FanficJeno itu tipe pacar yang hard on the outside but soft on the inside. Intinya beda banget deh, Jeno seperti punya dua sisi yang berbeda. Start : 12 Desember 2020 End : 23 November 2021 Copyright ©2020 by ApriLyraa