59. Bryan

59 13 0
                                    

Suasana di sekolah pagi ini benar-benar aneh.

Sebenarnya, tidak ada hal tak normal yang terlalu mencolok, setidaknya pada awalnya—hanya hari Rabu yang biasa, di mana anak-anak datang dan berkerumun di depan kelas masing-masing, mengobrol dan saling bercanda. Keanehan itu mulai terasa saat bel masuk sudah hampir berbunyi. Aku bisa melihat beberapa guru berlalu-lalang dengan gelisah di koridor, dan hal itu, tentu saja, bukan sesuatu yang normal. Pemandangan itu membuatku merasa tidak tenang.

Begitu bel masuk berbunyi dan anak-anak berbondong-bondong memasuki kelas, wajah tegang Pak Tanto langsung menyambut. Tidak seperti biasanya, urat-urat di wajah itu kelihatan kaku. "Semuanya, duduk," perintahnya dengan tegas. Alice melempar pandangan penuh tanya padaku, seolah meminta penjelasan. Tetapi, aku pun tak kalah kebingungan. Apa yang sebenarnya terjadi?

Setelah semua murid duduk di kursi masing-masing, Pak Tanto memulai dengan nada serius. "Kemarin malam, kami, para guru, mendapat kabar yang sangat mengkhawatirkan," katanya, "Anak kelas sebelah, Lukas Angelo, menghilang."

Mendengar kalimat itu, dalam sekejap, seluruh penjuru kelas dipenuhi kasak-kusuk heboh. Aku mengepalkan telapak tangan kuat-kuat. Sudah kuduga.

"Tenang!" Pak Tanto menghardik, membuat seisi kelas bungkam seketika. "Untuk menghindari kejadian serupa, mulai hari ini, Pak Stenley memberi perintah supaya absensi dilakukan secara serius. Semua anak yang hendak membolos harus memberikan alasan yang bisa diterima, paling lambat H-1."

"Ya, nggak bisa gitu, dong, Pak!" Andrew spontan menyahut dari belakang kelas, "Kalo mendadak sakit, gimana? Lagian, ada beginian aja, baru peduli! Nggak bener, emang."

"Yang sopan, ya, Andrew Leonardo," Pak Tanto menatap Andrew tajam. Tetapi, cowok berandalan itu hanya menatap balik tanpa rasa takut. "Saya di sini hanya menyampaikan pesan saja. Kalau ada yang keberatan, silakan menghadap Pak Stenley sendiri."

Andrew membuang muka dengan rahang keras, lalu menggebrak meja penuh emosi, membuat seisi kelas berjengit kaget. Dalam hati, aku mulai merasa kesal. Buat apa ia emosional begitu? Apakah ia mau membawa kami pada posisi yang lebih tidak menguntungkan lagi? Sudah cukup buruk Pak Stenley tahu kami menentang aturan beliau untuk tidak ikut campur dalam kasus penusukan, kini ia menentang keputusan baru beliau terkait absensi secara terang-terangan?

"Baik," Pak Tanto meraih selembar kertas dari atas mejanya, mengabaikan Andrew yang masih tampak kesal setengah mati, "Sesuai peraturan baru, saya akan mulai mengabsen sekarang."

***

Ketegangan yang meliputi seluruh penjuru sekolah masih berlanjut hingga jam istirahat, saat seharusnya, aku dan yang lain berkumpul untuk membahas jawaban teka-teki di kantin. Aku bilang 'seharusnya', karena sebelum sempat aku bahkan mengambil dua langkah keluar dari kelas, Max tiba-tiba menghadang jalanku; entah sejak kapan telah berdiri di sana.

"Lo, ke kantor Pak Stenley sekarang," perintahnya tegas.

"Hah?" balasku, "Ngapain?"

"Tanya aja sendiri sama beliau," balasnya malas, "Ajak temen lo, Andrew, Alice, Joshua, Sam, sama Rosaline. Sekarang juga."

Setelah mengatakan hal itu, ia langsung melenggang pergi dengan santai. Aku, dengan jantung berdebar-debar, segera mencari yang lain untuk memberitahu mereka. Sepanjang perjalanan ke kantor Pak Stenley, otakku tidak bisa berhenti berpikir, menyusun daftar kemungkinan-demi-kemungkinan alasan kami dipanggil.

"Jangan-jangan bener, si Topeng Bangsat itu udah nemu cara buat ngejebak kita?" Andrew menerka, "Tapi, gimana caranya, sih? Kita bahkan nggak ngapa-ngapain, woy."

Semua orang hanya bungkam, sibuk membuat teori sendiri di dalam kepala masing-masing. Akhirnya, kami tiba di depan pintu kayu besar yang membatasi koridor dengan ruangan Pak Stenley. Setelah menghela napas panjang, aku mengetuk pintu dengan pelan. Teriakan "Masuk!" dari dalam ruangan memberi sinyal bagiku untuk membuka pintu dan melangkah masuk, diikuti oleh yang lain.

[COMPLETED] Curse of the Suicide GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang