EXTRA #6: Teman yang Hilang

70 9 0
                                    

Sepuluh tahun yang lalu....

Alice, 6 tahun

"Bener kok, Alice taruh di sini tadi." kataku sambil merengek, menunjuk ke arah bak pasir tempatku meninggalkan Teddy, boneka beruang kesukaanku.

"Tapi sudah Mama cari di mana-mana nggak ada." jelas Mama sambil berjongkok dan mengusap pipiku. "Nanti Mama beliin yang baru aja, ya? Mungkin kebawa anak lain atau-"

"HUAAA..." Aku menangis kencang saat menyadari Teddy hilang.

Mama berusaha menenangkanku, tapi aku cuma mau Teddy ditemukan sekarang. Aku tidak mau boneka lain, boneka lain tidak akan sama dengan Teddy yang kupunya. Lagipula teman kan tidak boleh ditukar-tukar. Saat masih menangis, tiba-tiba aku merasakan sebuah sentuhan kecil di bahuku. Aku menoleh dan mendapati seorang anak cowok sedang menyodorkan robotnya ke arahku. Aku tidak mengenal anak itu, dia bukan temanku meskipun aku sering melihatnya bermain dengan anak-anak cowok di taman bermain ini, aku tidak kenal.

"Pinjem robotku mau?" tawarnya sambil memberikan robotnya padaku.

Aku tidak mau robot-robotan, aku hanya mau Teddyku. Aku spontan menepis tangannya, namun tanpa sengaja aku menjatuhkan robot tersebut ke jalan hingga sayapnya patah. Melihat hal itu, anak itu langsung menangis sangat keras. Mama langsung berdiri, dan membentak, "ALICE! NGGAK BOLEH KAYAK GITU!"

Aku tambah menangis karena sedih dan kesal. Kenapa mereka tidak paham kalau aku mau Teddy bukan mau robot, sih? Malah memarahiku seperti ini, aku jadi semakin kesal. Aku hanya melihat dari jauh saat Mama berusaha memperbaiki robot anak itu dan mengembalikannya.

Aku tidak mau tahu, aku cuma mau Teddy.

***

Keesokan harinya, seperti biasa, saat hari sudah sore aku mengajak Mama pergi jalan-jalan ke taman bermain di perumahan. Sebenarnya, aku cukup senang di taman bermain ini karena ada banyak permainan yang bisa kumainkan bersama teman-teman dan Mama. Tapi kembali ke tempat ini malah membuatku semakin kepikiran soal Teddy yang masih belum ketemu sampai sekarang.

Apa jangan-jangan film Toy Story betulan ada, dan Teddy sebenarnya sedang dalam kesulitan?

Pemikiran itu membuatku makin tidak senang, jadi tempat pertama yang kutuju adalah bak pasir. Aku ingin mencari Teddy yang mungkin sedang dinakali oleh mainan lainnya. Sepertinya dia butuh bantuanku.

"Permisi." sebuah suara membuatku menghentikan pencarianku.

Itu anak yang kemarin lagi, kali ini ia menyembunyikan tangannya di balik badan.

"Kenapa?" tanyaku.

"Ini punyamu?" Dia menyodorkan sebuah boneka beruang ke arahku.

Aku segera menyahut boneka tersebut dan memeriksanya. Ternyata dia sudah menemukan Teddy! Aku melompat-lompat senang sambil memeluknya. "Makasih banyak!"

"Sama-sama. Kemarin ternyata kebawa sama temen aku, waktu aku main ke rumahnya aku sempat lihat ini. Terus aku ingat kamu lagi nyari boneka beruang kemarin. Jadi mungkin aja ini punyamu, gitu." jelasnya.

"Makasih, ya." kataku sambil tersenyum senang dan memeluk Teddy.

"Sama-sama. Kamu mau nggak jadi temanku?" tanyanya sambil mengulurkan tangannya.

"Mau dong," kataku sambil menyahut tangannya dengan semangat. "Namaku Alice. Namamu siapa?"

"Namaku Andrew." jawabnya sambil tersenyum lebar.

Sejak saat itu, aku dan Andrew selalu bermain bersama saat sore hari. Kami menjadi sahabat yang selalu menunggu satu sama lainnya. Seru sekali bermain dengannya. Tapi sayangnya, suatu hari ia berhenti datang ke taman itu. Aku terus menunggu dan menunggu, tapi ia tidak kunjung datang juga. Dan tahu-tahu saja, aku sudah punya teman main yang baru.

[COMPLETED] Curse of the Suicide GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang