76. Sebuah Awal

2K 247 99
                                    

VAL__POV

Udara pagi menyibak cerah, mengisi hamparan kosong yang tak kunjung beranjak. Menggantikan berat sedikit terangkat.

Mata ini masih sedikit mengantuk, enggan beranjak. Memeluk tubuh lelap itu adalah hal menarik untuk dilakukan.

Jam lima pagi.
Aku terbangun karena mimpi buruk, namun bernapas lega karena iblis buluk masih tetap berada disampingku.

"Apa yang harus aku lakukan?" Gumamku sembari jemari ini melukis wajahnya bersama angin.

Wajah lelapnya itu akan selalu menjadi hal yang indah untukku. Melihatnya tidur seperti malaikat kecil yang terbuai dalam damai.

"Tidurlah. Ini masih terlalu pagi."

Aku tersenyum, membiarkan Bumi mendekapku erat dan mencium pucuk kepalaku. Merasakan hangat pelukannya yang sangat nyaman.

Kupejamkan mata, mencoba kembali lelap namun tak berhasil. Isi kepalaku penuh dengan berbagai pemikiran yang membuatku khawatir.

"Aku lelah seperti ini." Keluhku bergumam.

Lelah dengan segala ketakutan dan kegelisahan yang membuatku merasa jika hidup itu kenapa berjalan dengan sangat rumit dan berat.

Lelah karena aku tak kunjung menemukan ketenangan hati akan setiap ketakutan yang berjalan mendekat.

Lelah karena cinta ini tertanam semakin dalam yang berakhir membuatku merasa jika aku tak akan pernah bisa kehilangan dirinya.

Lelah karena aku tahu jalanku bahagia bersamanya tak akan pernah mulus meski aku menepis segala kemungkinan itu.

Lelah karena bayangan kedua orang tua iblis buluk selalu menjadi momok yang tak bisa kuhindari untuk dilupakan.

Aku tahu.
Suatu saat nanti akan ada cela bagi mereka untuk masuk diantara hubungan kami. Mengambilnya dariku.

Cup!
Kukecup dada bidang Bumi yang tak mengenakan pakaian. Aromanya selalu membuatku merasa nyaman. Mengusak wajahku diantaranya.

Memeluknya semakin erat, bersembunyi pada dada bidang itu. Sadar jika aku mulai posesif dengan sebuah kepemilikan.

"Aku mencintaimu." Ucapku pelan.

"Hem aku tahu." Balasnya sembari mendekapku semakin erat.

Kuhela napas.
Tak menampik segalanya, Bumi pasti merasakan hal yang sama denganku. Alasan yang membuatnya tak mampu mengatakan tentang segala mimpinya.

"Aku ingin soto betawi dan tumisan daging dengan banyak irisan bawang bombai." Gumamnya.

"Hem, akan kubuatkan nanti." Jawabku. "Kenapa kau suka sekali bawang bombai akhir-akhir ini?" Tanyaku.

Aneh saja.
Biasanya Bumi tidak terlalu suka bawang bombai namun seminggu ini setiap ia kerumah selalu memintaku memasakkan makanan dengan irisan bawang bombai.

"Entahlah. Mendadak aku mulai kecanduan dengan rasa dan aroma bawang bombai." Kekehnya.

"Dan kenapa kau juga ikutan bangun?" Tanyaku lagi, menengadah, menatapnya yang masih terpejam.

"Bagaimana aku bisa tidur nyenyak kalau ada yang menatapku selama itu, hem?" Ia tersenyum.

"Bagaimana kau bisa tahu kalau aku menatapmu?" Kukerutkan kening penasaran.

Ia membuka matanya, menunduk menatapku lembut sembari tersenyum sedikit angkuh. Mengecup keningku lamat.

"Instingku ini tinggi meski aku sedang tidur." Terangnya.

The Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang