VAL__POV
Berat itu perlahan menghilang. Ringan menjalin seperti udara yang mengisi sesak. Menghangatkan hamparan rasa yang kian menjauh dari kenyataan.
Kubuka mata perlahan.
Menatap sekitar, semuanya serba ungu artinya aku berada dirumah sakit tempat mama dan akong bekerja.Sepi.
Tak ada siapapun.
Dan hanya diam menatap atap langit semburat dengan semua angan yang bergerak melayang.Kuhela napas berat.
Tertawa kecil karena akhirnya aku merasakan juga terkapar di brankar rumah sakit dengan infus ditangan."Elu sudah sadar?"
Aku menoleh, mendapati Azra masuk dengan seragam magang anak kedokteran. Berjalan mendekat, memeriksa keadaanku.
"Luar biasa. Elu bikin semua orang panik." Kekehnya sembari membenarkan selang cairan infus. Mempercepat alirannya.
"Gua kagak berencana begitu." Kesalku.
"Tapi selamat." Azra menyentil keningku. "Elu membuat gempar semua orang dengan keadaan elu." Lanjutnya.
Aku mengerutkan kening, menatapnya tak paham dan Azra hanya tersenyum culas sembari mengedikkan bahu.
"Elu harus kuat dan mama sekarang sedang marah besar." Bisiknya ditelingaku.
Damm it!
Azra sialan!
Aku tak paham dengan ucapan tersiratnya itu."Kuntil! Elu ngomong apaan sih? Sumpah gua kagak ngarti." Protesku.
Ia menggeleng.
Mencubit pipiku dan melesat pergi sembari melambaikan tangan tanpa menoleh padaku.Deg!
Lagi
Jantungku kembali berdetak dengan sangat kencang. Aku tahu ada sesuatu yang terjadi."Iblis buluk." Batinku memanggilnya dalam hati.
Aku merindukannya.
Sangat merindukannya hingga hati ini terasa mau meledak. Hingga otak ini terasa mau gila.Aku putus asa.
Rasanya segalanya berhenti pada titik dimana aku tak bisa menemukan pijakan. Seolah aku berhenti pada satu poros yang terus berputar.Aku membencinya.
Sangat membencinya.
Karena ia telah berhasil memberikan retakan pada setiap harapan dan kebahagiaanku.Karena ia berhasil menbuatku menjadi hati yang makin rapuh bahkan sosok yang terlihat semakin lemah saat porosku tak lagi terkendali.
"Lian?"
Aku terkesiap. Menoleh, mendapati papa melangkah masuk. Jangan lupakan wajah sendunya dengan pandangan berat yang mendekat.
"Mana mama, pa?" Tanyaku saat hanya papa yang menjengukku.
"Sebentar lagi mereka akan kesini. Papa hanya ingin mengobrol sebentar denganmu." Ucapnya kalem.
Aneh.
Aku menelan ludah.
Papa hanya bersikap seperti itu jika situasinya sedang serius atau genting.Entahlah.
Kuharap aku tidak memiliki penyakit yang mengerikan selain hati yang hancur karena beberapa alasan."Kamu harus bisa mengendalikan dirimu sendiri, oke?" Ucap papa sembari mengusap pucuk kepalaku lembut.
"Ada apa pa? Apa Lian akan mati? Atau Lian telah melakukan kesalahan?" Tanyaku dengan nyali ciut dan perasaan was-was.
Papa tersenyum, menggeleng pelan tapi tatapan itu tetap menatapku sendu dengan segala rasa khawatirnya.
"Lian tahu tidak alasan Lian tidak bisa melakukan olahraga sit up dan squot jam?" Tanyanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Boy
Ficção AdolescenteWARNING! [DISINI KALIAN BAKAL SAKAU DENGAN LAGU-LAGU WESTLIFE] Bagaimana rasanya saat berurusan dengan manusia terburuk disekolah? Dunia seperti berhenti berputar bahkan mungkin hidupmu terancam tak akan pernah tahu apa itu bahagia ketika manusia pa...