BUMI — POV
Aku mematung, terdiam, efeks dari keterkejutanku melihat tatapan anak ayam yang terlihat begitu marah namun bagiku begitu menggemaskan.
Aku bersandar dibibir wastafel besar, bersedekap dada melihat kearah pintu yang tadi dibantinnya begitu saja. Senyum tipisku terkembang.
"Vallian Brata." Gumamku dengan nada yang berat.
Kumiringkan kepalaku sedikit saat teringat dengan ekspresinya tadi. Dan terkekeh kecil setelahnya. Sadar akan sebuah kenyataan yang besar.
"Dia cemburu." Batinku dan segera beranjak dari toilet setelah mematikan kran.
Entah ini takdir atau rencana tuhan yang berpihak padaku. Aku buru-buru berjalan menuju lobi utama sekolah.
Mungkin Langi sudah menungguku disana. Malam ini aku berjanji mengantarnya keacara pesta ulang tahun sahabat sekolahnya.
"Bumi oppaaaaaa?!"
Aku mengorek telingaku yang tiba-tiba terasa gatal dan hampir tuli demi mendengar suara teriakan yang sangat cempreng itu.
Astaga!
Kenapa juga makluk pink itu harus dibawa sama Langi adikku. Detik ini juga kepalaku berdenyut sakit.Dan semua orang yang ada dilobi otomatis merubah atensinya pada makhluk pink itu dan aku bergantian. Sebagian menatapku takut.
Kupijit pelipisku akibat serangan sakit kepala dadakan demi melihat maklum pink berjalan dengan begitu antusiasnya. Tak lupa dengan senyuman lebar dibibir itu.
"Aduh Oppa makin ganteng aja sih." Eluhnya dengan bergelayut manja dilenganku.
Anjing!
Sialan!
Aku mati kutu sekarang. Kenapa pula Langi harus membawa kembang kapas ini sih.Kampret!
Bisa rusak nih imejku gara-gara kembang kapas. Aku menatap Langi dengan tatapan minta penjelasan.Sialnya adikku hanya tersenyum dengan memasang tampang penuh penyesalan. Aku menghampirinya sembari mencoba melepaskan pengangan tangan si pinky dari lenganku.
"Hanza, hentikan sikap konyol elu itu. Pacar kak Bumi bisa marah kalau elu bersikap kayak gitu." Jelas Langi mencoba melepaskan tangan itu dari lenganku.
Anjing kampret!
Nih pinky makin erat aja memeluk lenganku. Aku hanya menghela napas pasrah. Nggak mungkin mode senggol bajok aku keluarkan pada wanita.Masih waras otakku meski denyutan sakit kepala makin terasa saat tuh kembang gula makin merapat padaku.
"Halo bang Sas?!" Teriak Langi saat matanya menemukan Sastra yang berdiri diujung lobi sekolah.
"Langi? Ngapain disini?" Sastra beranjak dari tempatnya saat Langi melambaikan tangan kearahnya.
Tak lupa tiga kurcacinya mengikuti saat ia mengatakan sesuatu entah itu apa. Hanya wajah enggan anak ayam yang terlihat ditekuk. Duh makin imut aja.
Plak!
Kayaknya aku kudu nampar wajahku sendiri. Demi apapun kenapa setiap hal yang dilakukan Vallian Brata membuatnya terlihat semakin imut."Tumbenan kesekolah? Naik apa?" Tanya Sastra yang saat ini telah didepan Langi.
"Naik taksi bang. Mau nebeng kak Bumi. Dia kan janji mau ngantarin ke salon terus ke pesta ultah temen gua." Jawabnya.
"Huwa...." Otomatis aku menjauhkan telingaku dari si pinky saat ia berteriak didekatku.
"Oppa halyu beneran ini!" Pekiknya yang kontan membuat Vallian yang dihampiri si pinky terkejut dan langsung bersembunyi dibalik punggung Kuza.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Boy
Teen FictionWARNING! [DISINI KALIAN BAKAL SAKAU DENGAN LAGU-LAGU WESTLIFE] Bagaimana rasanya saat berurusan dengan manusia terburuk disekolah? Dunia seperti berhenti berputar bahkan mungkin hidupmu terancam tak akan pernah tahu apa itu bahagia ketika manusia pa...