BUMI__POV
Malam minggu yang menguras segalanya. Namun berakhir dengan semua kehangatan. Itu terlihat dari tawa yang menghiasinya.
Seolah kejadian beberapa jam yang lalu tak pernah terjadi. Aku bahkan meminta bang Wika untuk mengizinkan anak ayam menginap ditempatku.
"Mik!" Teriak Henry. "Mana baksonya?! Mau gua panggang!" Lanjutnya masih dengan berteriak.
Sial!
Tapi nggak gini juga.
Kenapa semua orang ikut menginap di apartemenku sih?!Bahkan Barra dan Kuza pun tak absen. Jika Kuza aku tahu karena ia sangat mengkhawatirkan pacarku. Lha Barra? Ngapain juga ikutan tuh manusia dedemit?
Arrrggg!
Menyebalkan!
Kuhela napas, bangkit berdiri, berjalan menuju dapur mini. Tujuanku kearah Freezer tempat penyimpanan makanan olahan.Mengambil bakso ikan dan daging, sosis, bahkan nugget ayam. Memasukkannya kedalam tapan. Tak lupa meraih gunting.
"Kenapa kalian kudu nginap sih?" Protesku.
"Sekalian ngerayain kesembuhan elu, Mik." Alan tersenyum manis.
"Iya. Lagian elu ngilangnya kelamaan. Biasanya juga rajin sekolah." Seru Zoid.
"Buat ngerusuh." Kekeh Wendy.
"Bangke kalian!" Muntapku.
Aku memilih duduk dibalkon, membiarkan anak ayam bersama yang lainnya. Sibuk memasak, dengan begitu pikirannya akan teralihkan.
"Sebaiknya elu duduk." Terang Curoz.
"Hem." Setujuku.
Aku memilih duduk didekat pintu. Ada enam kursi sejenis sofa dan dua meja bulat yang kuletakkan saling berhadapan.
Satu sisi didekat tembok dan satunya lagi didekat dinding balkon. Membiarkan sisi lainnya yang dekat pintu tetap kosong. Semua itu rancangan bang Viza.
Ia dan beberapa orang kerpercayaannya dibidang bangunan merombak dua rumah apartemen menjadi satu dan terlihat sangat luas untuk kutinggali sendirian.
Aku bahkan memiliki ruangan khusus untuk tempat olahraga dan perpustakaan kecil untuk berselancar dengan cerita jika aku bosan.
"Gimana?" Tanya Curoz saat aku duduk disampingnya.
"Sepertinya dia baik-baik saja." Ucapku masih dengan suara ragu.
"Ternyata dia lebih kuat dari yang gua kira." Curoz tersenyum tipis.
"Wajah imut dan cantik tak selalu membuat seorang laki-laki itu lemah." Bang Wika nimbrung.
"Hem, kayak elu." Setuju Curoz.
"Kayaknya hati elu yang lebih rapuh ketimbang dia." Senyum bang Wika membuatku ingin menampol mulut itu.
Kuhela napas menahan kesal, bagaimanapun aku berhutang terima kasih padanya. Berkat dia semua masalah dengan para guru bisa diatasi.
Meski dengan banyak kebohongan yang dia buat. Mengatakan jika anak ayam terkunci digudang sendirian dengan membuat Curoz dan yang lain melarikan diri dengan membawa Angga.
Peranan Henry si biang rusuh berhasil mengalihkan perhatian para guru dengan dukungan Sastra yang terkenal pendiam dan tak pernah bermasalah.
"Makasih bang." Ucapku.
"Hem, itu uda tugas gua." Wika mengangguk. Tersenyum tipis.
"Elu yakin nggak ikutan nginep?" Tanya Curoz.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Boy
Fiksi RemajaWARNING! [DISINI KALIAN BAKAL SAKAU DENGAN LAGU-LAGU WESTLIFE] Bagaimana rasanya saat berurusan dengan manusia terburuk disekolah? Dunia seperti berhenti berputar bahkan mungkin hidupmu terancam tak akan pernah tahu apa itu bahagia ketika manusia pa...