BUMI__POV
Sunyi.
Sang senyap memadu dalam waktu. Malam semakin beranjak kelam. Berbaur bersama peraduan.Mata ini tetap tak terpejam. Menyapu langit kamar dalam diam. Teringat dengan waktu yang seolah enggan beranjak menjauh.
Kuhela napas dalam.
Bangkit duduk, mengedarkan pandangan. Melihat anak ayam terlelap dalam buaian malam.Sosok lainnya pun diam dalam balutan selimut tebalnya. Mendengkur pelan bersama lelah yang mungkin telah dilaluinya.
Aku beranjak.
Sepertinya mata ini enggan untuk terbenam bersama mimpi malam. Meninggalkan kamar dalam diam."Kenapa gua jadi galau begini sih." Keluhku sembari membuka pintu perlahan. Memastikan tak membuat keributan.
Kulangkahkan kaki menyusuri ruangan. Berjalan menuju balkon depan lantai dua. Sedikit mencari angin segar. Berharap gunda yang mendadak menyapa kembali menghilang.
"Padahal besok gua masih ujian." Seruku sembari melangkah pelan.
Aku diam.
Berdiri dikejauhan.
Melihat bang Viza yang duduk dikursi balkon depan. Dengan gitar yang dipetiknya pelan.Wajah itu muram namun masih terpancar ketegaran. Bahkan aura tegasnya masih kurasakan meski mata tajamnya menerawang.
"Kenapa belum tidur bang?" Tanyaku setelah memutuskan untuk menghampirinya.
"Belum mengantuk." Jawabnya pelan.
Ia meletakkan gitar dikursi kosong lainnya. Aku duduk disamping bang Viza. Mengikuti kesibukannya menatap langit malam.
"Elu sendiri ngapain kesini?" Tanyanya kalem.
"Sama. Gua juga belum ngantuk. Tepatnya kagak bisa tidur." Terangku.
Ia menghela napas.
Aku meliriknya yang mulai bersedekap dada. Meluruhkan tubuhnya pada sandaran kursi."Bang Viza merindukannya?" Tanyaku hati-hati.
"Hem." Gumamnya.
"Gegara dengerin lagu anak ayam?" Tanyaku lagi.
"Hem." Gumamnya lagi.
Aku diam.
Tak lagi bertanya atau sekedar mengatakan sesuatu. Mungkin bang Viza belum benar-benar melepaskannya.Sunyi.
Aku kembali menyapa malam dalam kediaman. Gelisahku masih tak kunjung menghilang karena pemikiran.Aku kembali menoleh saat mendengarkan tawa kecil bang Viza. Melihat bias wajahnya yang melembut perlahan.
"Pacar elu memang sesuatu." Serunya pelan.
Aku tersenyum.
Mengangguk setuju.
Tanpa kami sadari keberadaan anak ayam sedikit membangkitkan kenangan lama yang mulai menghilang."Baru kali ini gua lihat bunda benar-benar nangis." Suara itu kembali sendu.
Binar itu kembali berkaca-kaca. Dan aku pun melakukan hal yang sama. Tak mampu menepis kesedihan yang kembali mendarat dengan sempurna.
Dihelanya napas panjang.
Bang Viza kembali membenarkan posisi duduknya. Menengadah menatap langit tak berbintang."Gua berasa melihat bang Quazi saat pacar elu nyanyi tuh lagu." Serunya dengan suara berat.
"Hem gua juga. Mungkin itu yang dirasakan paman dan tante." Setujuku.
"Andai dia masih hidup." Suara itu terasa semakin jauh bersama pandangannya yang menatap semburat sang malam.
"Mungkin hidup gua nggak bakal kek begini." Suara itu semakin lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Boy
Teen FictionWARNING! [DISINI KALIAN BAKAL SAKAU DENGAN LAGU-LAGU WESTLIFE] Bagaimana rasanya saat berurusan dengan manusia terburuk disekolah? Dunia seperti berhenti berputar bahkan mungkin hidupmu terancam tak akan pernah tahu apa itu bahagia ketika manusia pa...