BUMI__POV
Pagi menjelang dengan segala asa yang menjanjikan jika mimpi itu adalah sesuatu yang indah untuk digenggam.
Mata belok itu fokus.
Sibuk dengan kegiatan rutinnya membuat kue pesanan bahkan pesanan makanan untuk acara pesta anak SD.Aku hanya menggeleng.
Namun bibir ini tersenyum, karena ia melakukan dengan semua kesenangan. Tak ada beban, hanya hobi yang benar-benar dikerjakan.Sesekali mulutnya mengoceh karena Barra dan Kuza belum juga datang untuk membantu semua pekerjaannya yang begitu banyak.
Meja makan penuh dengan semua bahan masakan dan bahan kue. Counter dapur juga penuh dengan semua yang ia butuhkan untuk bekerja.
Membunuh waktu.
Sepertinya itu memang cukup membantu Vallian selama ia menungguku yang entah akan kembali atau tidak.Mendadak aku merasa buruk.
Kuhela napas panjang, kembali konsentrasi memeriksa hasil kerja home schooling anak ayam."Dia hebat." Gumamku lirih.
Semua soal dikerjakan dengan benar meski ia sibuk dengan bisnis barunya dan dengan semua beban pemikiran yang membuatnya hidup segan matipun enggan.
"Dia jenius." Suara itu memecah sepi.
Aku menoleh.
Mendapati guru pembimbing ujian duduk di sofa depanku, menunggu lembar ujian semester anak ayam yang belum kuserahkan padanya."Hem. Dia memang dari keluarga yang bibit, bebet dan bobotnya tidak bisa diragukan lagi." Jawabku sembari menyerahkan lembaran soal itu padanya.
"Mas Bumi tidak perlu khawatir. Untuk ujian akhir sekolah nanti mas Lian akan tetap mengikuti ujian dari sekolahnya. Raport dan semua berkas kelulusan akan tetap berasal dari sekolah lama mas Lian." Terangnya.
Aku mengangguk.
Sebenarnya aku sudah tahu. Bang Viza sudah mengatakannya padaku. Semua ini karena usahanya. Memastikan anak ayam dapat ijazah dari sekolah aslinya.Karena kampus yang akan kami tuju mengharuskan lulusan yang memiliki kredibilitas bagus. Sebagai pendukung setelah lulus dari ujian masuk universitas.
"Kalau begitu saya pergi dulu. Jadwal belajar setelah liburan semester nanti akan langsung dikirim oleh kepala sekolah melalui email." Terangnya sembari memberesi semua berkas.
"Oke. Kirim ke email saya saja. Saya sudah mengisinya di berkas wali murid." Terangku sembari bangkit berdiri.
Bagaimanpun dia seorang guru. Dan aku harus bersikap sopan padanya. Mengantarnya sampai depan pintu dan menutupnya kembali saat ia menghilang dibalik tikungan koridor.
Aku kembali duduk.
Meraih ponsel dan membukanya. Membaca pesan yang dikirim Langi. Mengingatkan jika aku harus pulang kerumah bersama anak ayam.Sial!
Aku masih marah pada mereka namun sepertinya kali ini aku tidak bisa menghindar meski aku ingin melakukannya."Mungkin gua emang kudu nyelesaiin semuanya." Keluhku sembari duduk bersandar.
Kusandarkan kepalaku pada kepala sofa, menatap langit plafon. Mencari sedikit tenang dari semua hal yang kembali kuingat sejak pengurunganku hingga berakhir aku koma.
Detik berikutnya kupejamkan mata. Merasakan segala tenang bersama kesibukan anak ayam yang dibarengi dengan gumaman kecilnya yang sedang bernyanyi didapur.
"LIAAANNN KAM........" Teriakan itu mengejutkanku.
Aku mengangkat wajah, menemukan Kuza dan Barra berdiri didepan pintu dengan wajah syok dan menjatuhkan barang belanjaannya didepan pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Bad Boy
Novela JuvenilWARNING! [DISINI KALIAN BAKAL SAKAU DENGAN LAGU-LAGU WESTLIFE] Bagaimana rasanya saat berurusan dengan manusia terburuk disekolah? Dunia seperti berhenti berputar bahkan mungkin hidupmu terancam tak akan pernah tahu apa itu bahagia ketika manusia pa...