EPILOG

4.1K 318 269
                                    

VAL__POV

Rasa hangat itu mendekat.
Perlahan kubuka mata saat sang surya mulai menampakkan diri. Mengisi setiap sudut kamar dengan cahayanya.

Kuhirup udara pagi.
Aroma itu seperti candu.
Aku kembali merasakan kehadirannya lewat angin. Mengisi ruang kosong yang pernah terbuka.

Aku merapat.
Memeluk tubuh itu erat. Mencium dada bidangnya. Merasakan tangan itu mengeratkan pelukannya.

"Selamat pagi sayang." Sapanya sembari mencium pucuk kepalaku.

Aku tersenyum.
Bergumam, masih dengan wajah yang kutempelkan didada bidangnya. Sekali lagi menyampaikan rindu.

Rasanya benar-benar ringan.
Kebahagiaan itu mendekat dengan kehangatan dan keindahan yang luar biasa. Seolah memberi suntikan kehidupan.

Perlahan mimpi buruk yang pernah kualami terkikis dengan sendirinya saat semua hangat yang mendekat menjadi penawar.

"Beneran nggak mau bangun nih?" Serunya kalem.

Aku menjauhkan tubuh itu, beranjak duduk mengumpulkan semua nyawa. Dan iblis buluk yang menopang kepalanya di atas lengan mengamatiku seksama.

"Aku mau sarapan omelet dan sup jagung." Terangnya.

"Hem. Akan segera kubuatkan." Anggukku dan beringsut berdiri, berjalan menuju kamar mandi.

Kubasuh wajah dan menggosok gigi. Nanti saja mandi setelah selesai memasak dan beres-beres rumah. Hari ini aku tak mengambil pesanan kue.

Mata ini mengedar dari balik cermin saat melihat iblis buluk masuk dengan rambut berantakan khas bangun tidurnya. Tersenyum saat ia memelukku dari berlakang.

"Aku merindukanmu." Bisiknya seduktif tak lupa mencium ceruk leherku.

"Cepat cuci muka dan gosok gigi." Tegasku.

"Hem." Gumamnya.

Ia menurut.
Membasuh wajahnya dengan sabun muka. Mengambil sikat dan odol setelah wajahnya bersih.

Aku menggeleng saat ia mengedipkan sebelah matanya ketika tatapan kami bertemu dibalik cermin. Berkumur setelahnya. Aku sendiri sibuk mencuci tangan.

"Hari ini aku ada perlu. Tak apa kau tinggal sendirian di apartemen?" Ucapnya pelan.

Aku diam menatapnya lekat dari balik cermin. Membiarkan ia berdiri di belakangku dan menyentuh rambutku yang kubiarkan agak panjang karena malas pergi ke salon.

"Hem." Anggukku akhirnya.

Aku masih memiliki trauma, takut jika ia tidak kembali. Tapi bersikap realistis itu penting. Dengan begitu segalanya akan berjalan normal.

"Mungkin agak lama. Kau lakukan saja sesuatu yang menyenangkan. Suruh aja Kuza dan Barra main kesini." Terangnya.

Aku mengangguk.
Diam saat ia merapikan rambutku dan mengikatnya dengan rapi. Tuk kemudian mencium pucuk kepalaku.

"Baiklah. Aku akan buat sarapan dulu." Ucapku sembari beranjak pergi.

Semua akan baik-baik saja.
Aku mulai menyiapkan bahan untuk membuat sarapan. Untuk nasi sudah ada didalam magic.

Omelet, aku menambahkan daging giling, bawang bombai, sedikit paprika kuning, lada dan tomat serta terakhir telur, tuk kemudian menggorengnya.

Disisi lain.
Aku juga mulai sibuk mengiris jangung dan merebusnya. Memotong daging ayam untuk tambahan kaldu, daun bawang, seledri, tomat dan sosis.

"Ah, brokoli." Gumamku dan bergerak membuka kulkas. Mengambil sayuran sebagai bahan pelengkap.

Hanya butuh waktu empat puluh menit untuk menyelesaikan semua itu dengan tambahan aku membuat capcai dan jus wortel.

The Bad BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang